Jumat, 22 November 2013

Pengamatan komponen Biotik dan Abiotik Perairan Menggenang di Situ Gede, Bogor- Jawa Barat

Pengamatan komponen Biotik dan Abiotik Perairan Menggenang di Situ Gede, Bogor- Jawa Barat
Eneng ismawati (C24120007)., Andi Fahmi Kasari (C24120022), Ani Munawaroh (C24120040), Ratu Ayu Anisa(C24120076), Ahmad Dzaki Mufakkir (C24120104), Ditta Ayu Anggraini (C241200108)
Manajemen Sumberdaya Perairan
Abstrak
Perlu kita ketahui bahwa Situ Gede memiliki potensi alamiah baik yang yang berupa abiotik maupun biotik. Potensi alamiah abiotik Situ Gede relatif menunjukkan bahwa saat ini perairan Situ Gede telah mengalami pencemaran. Diduga hal ini terjadi karena Situ Gede mendapatkan masukan yang cukup tinggi baik bahan organik maupun anorganik dari luar badan perairannya. Masukan utama yang diduga paling mendominasi bagi perairan Situ Gede adalah adanya aktivitas masyarakat sekitar Situ Gede (wilayah pemukiman).Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengkaji dan mendiskripsikan komponen-komponen penyusun ekosistem perairan yang menggenang serta interaksi antara komponen dari situ Gede. Penelitian dilaksanakan di Situ Gede pada hari Selasa tanggal  24 September 2013. Pengambilan contoh dilaksanakan di 3 substasiun dengan jarak 1 meter antar substasiun.
Subyek    : ekosistem, danau, parameter fisika, parameter kimia, parameter biologi, situ Gede



Pendahuluan
Ekologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara organisme hidup dengan lingkungannya. Salah satu kajian ekologi adalah ekosistem tempat organisme itu hidup. Ekosistem (satuan fungsi dasar dalam ekologi) adalah suatu sistem yang didalamnya terkandung komunitas hayati dan saling mempengaruhi antara komponen biotik dan abiotik. Berdasarkan salinitasnya ekosistem perairan dibedakan menjadi tiga yaitu ekosistem perairan tawar, ekosistem perairan payau, dan ekosistem perairan laut.
Perairan permukaan diklasifikasikan menjadi dua kelompok utama yaitu badan air tergenang (standing water atau lentik) dan badan air mengalir (flowing water atau lotik). Perairan tergenang meliputi danau, kolam, waduk, rawa, telaga dan embung. Danau atau situ memiliki ka-rakteristik  arus yang stagnan atau tenang, organisme yang hidup di dalamnya tidak membutukan adaptasi khusus, ada stratifikasi suhu,substrat umumnya berupa lumpur halus, dan residence time-nya lama. Pentingnya mengenali ekosistem perairan tergenang beserta interaksi antar komponennya sebagai salah satu ekosistem yang sangat peka terhadap adanya perubahan fisika, kimia, maupun biologi.
Di danau terdapat pembagian daerah berdasarkan penetrasi cahaya matahari. Daerah yang dapat ditembus cahaya matahari sehingga terjadi fotosintesis disebut zona littoral. Daerah perairan terbuka yang masih terkena sinar matahari disebut zona limnetik. Daerah yang tidak tertembus cahaya matahari disebut zona profundal. Setiap perairan memiliki karakteristik yang berbeda, baik secara fisik maupun kimiawi. Pada ekosistem perairan tergenang tidak terdapat arus atau bahkan cenderung stagnan. Residene time yang lama merupakan salah satu faktor pembeda antara perairan tergenag dan perairan mengalir.
Bahan dan Metode
Alat yang di gunakan adalah transek kuadrat 1x1m, termometer, secchi disk, paralon bersekala dengan diameter 3 inchi, ember 10 liter, botol film 10 buah, kantung pkastik ukuran 1 kg, kertas label, karet gelang, spidol permanen, serok, saringan halus dan kasar, plankton net, cutter, sikat gigi, kamera, sarung tangan. Bahan yang dibutuhkan adalah formalin, aquades, dan lugol. Transek kuadrat berukuran 1X1 meter digunakan sebagai pembatas substasiun (area yang diamati). Pipa paralon berdiameter 3 inch dengan panjang 2 meter telah diberi skala dengan satuan cm digunakan untuk mengukur kedalaman dan mengambil substrat yang berada di dasar situ. Cara penggunaan pipa paralon yaitu pipa paralon dimasukkan ke dalam air (dalam wilayah transek kuadrat) dengan keadaan tegak lurus permukaan air hingga menyentuh awal dasar situ lalu diamati skala pipa paralon, sedangkan untuk mengambil substrat di perairan situ yaitu pipa paralon ditancapkan pada dasar perairan situ kemudian mengangkat pipa paralon dari dasar perairan situ. Termometer digunakan untuk mengukur suhu situ dengan cara memasukkan termometer ke dalam air yang berada di dalam transek kemudian skala suhu diamati. Botol film sebanyak 10 buah digunakan sebagai wadah organisme yang didapat dari hasil pengamatan dan akan diamati di laboratorium. Secchi disk ber-diameter 30 cm digunakan untuk mengukur kecerahan situ. Cara penggunaannya adalah dengan menenggelamkan secchi disk ke dalam situ secara perlahan hingga secchi disk tepat tidak terlihat, kemudian dilihat skala yang ditunjukkan pipa paralon berdiameter 1 inch dan dihitung sebagai d1, se-lanjutnya secchi disk diangkat secara perlahan, tepat ketika secchi disk terlihat kembali, dianggap sebagai d2. Kecerahan dihitung dengan menjumlahkan d1 dan d2 serta membagi 2. Kantung plastik sebanyak 3 buah digunakan sebagai wadah bentos. Ember bervolum 10 liter digunakan sebagai wadah air yang berasal dari situ (dari masing-masing substasiun) yang akan disaring dengan plankton net untuk mendapatkan sampel air selanjutnya akan diamati di laboratorium, sikat gigi digunakan untuk menyikat batu, ranting atau daun yang berasal dari dasar perairan situ untuk mendapatkan perifiton. Plankton net digunakan untuk menyaring plankton yang terkandung dalam perairan situ. Cara penggunannya adalah Air yang berasal dari situ pada ember bervolume 10 liter dituangkan pada plankton net sebanyak 10 ember kemudian menggoyang-goyangkan plankton net agar tersaring. Kertas label digunakan untuk memberi label pada masing-masing botol film atau plastik agar tidak tertukar. Alat-alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengamatan. Serok digunakan untuk menjaring nekton. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan ke-giatan dan hasil pengamatan. Saringan halus dan kasar digunakan untuk menyaring substrat dari dasar perairan situ. Cara penggunaannya adalah substrat diletakkan pada saringan kasar selanjutnya pada saringan halus dan menyaringnya hingga didapatkan substrat yang diinginkan. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini di-antaranya aquades digunakan sebagai pencuci bentos dan substrat  yang akan disimpan dalam botol film. Lugol digunakan untuk mengawetkan plankton dan perifiton dengan cara meneteskannya sebanyak 3 tetes ke dalam plankton dan perifiton yang terdapat di botol film,. Formalin digunakan untuk mengawetkan bentos, neuston, dan nekton dengan cara menuangkannya dengan ukuran tertentu (secukupnya) ke dalam bentos, neuston dan nekton yang terdapat dalam botol film. 
Pembahasan
            Lingkungan perairan dapat dianalisis berda-sarkan 3 parameter yaitu parameter fisika, kimia, dan biologi.
Parameter fisika dan kimia


Paremeter fisika meliputi ruang lingkup su-hu, kecerahan, warna, kedalaman dan bau. Sedangkan, parameter kimia meliputi pH dan salinitas.


Tabel 1. Parameter Fisika dan Kimia Ekosistem Perairan Situ Gede




Parameter
Unit
Zona I
Zona II
Zona III
Fisika
Warna
-
Hijau   coklat
hijau
Hijau


Suhu
0C
27-29
29-34
     31-35
Kedalaman
m
0,7-1,35
0,97-2
   0,93-1,4
Kecerahan
m
0,2-0,53
0,2-0,72
           0,36-0,45
Tipe Substrat
-
Lumpur
  lumpur
  Lumpur


Kimia
pH
6-7
6
   5












Kekeruhan dan kecerahan merupakan salah satu faktor penting untuk penentuan produktivitas suatu perairan alami. Meningkatnya kekeruhan dapat menurunkan kecerahan perairan, serta mengurangi penetrasi matahari ke dalam air sehingga dapat membatasi proses fotosintesis dan produktivitas primer perairan.Warna merupakan parameter fisika pada suatu perairan tergenang..Berdasarkan data yang didapatkan pada perairan Situ Gede, perairan Situ Gede memiliki warna hijau agak tua.
Pada zona 1,diperoleh datasuhu sebesar27-290, kedalaman0.7-1.35 m, dan kecerahan 0.2-0.72 m, serta ph sebesar 6-7 dengan warna perairan adalah hijau cokelat serta tipe substrat yang berlumpur. Sedangakan pada zona 2,diperoleh datasuhu sebesar



29-340, kedalaman 0.97-2 m, dan kecerahan 0.2-0.72 m serta ph sebesar 6 dengan warna perairan adalah hijau serta tipe substrat yang berlumpur. Serta pada zona 3,diperoleh datasuhu sebesar 31-350, ke-dalaman 0.93-1.4 m, dan kecerahan , 0.36-0.45 m serta ph sebesar 5 dengan warna perairan adalah hijau cokelat serta tipe substrat yang berlumpur..
Menurut Mahida (1986) bahwa tingkat oksidasi senyawa organik jauh lebih besar pada suhu tinggi dibanding pada suhu rendah. Hal ini terbukti pada zona 1 tingkat keanekaragaman hayatinya lebih tinggi dibanding dengan zona 2 dan 3.






Parameter Biologi
                Parameter biologi mencakup 5 bagian yaitu perifiton, bentos, neukton, neuston dan plankton.
1.       Perifiton

Tabel 2. Kelimpahan perifiton di Situ Gede


Spesies
Zona 1
Zona 2
Zona 3
perifiton
Ankistrodesmus
150

Aphanizomenon
150

Cladnopora
1

closterium
1308
3150
3450

Coelosphaerium
9

conochilus
100

Cosmarium
300

Cydop
1

Cymbella
4

Fragilaria
150

gonatozygon
100
700
150

Microspora
500

Mougeotia
2

mytilina
50

Nitzschia
345
186

oedogonium
50
50

Ophioeytium
150

Oscillatoria
1050
750

Pclycystis
150

Penidium
250
350

Phormidium
37
1250

Phormidium
150

Protococcus
171

Tabellaria
600

Tribonema
150
150
Total
26 jenis
7470
6950
4536



 

















Pada zona 1,  jenis Perifiton yang  dida-patkan didominasi oleh perifiton jenis Oscillatoria1050. Pada zona ini juga jumlah spesies perifiton yang didapat paling banyak yaitu  Sedangkan pada zona 2 didapatkan jenis perifiton yang mendominasi yaitu  jenisclosteriumsebanyak 3150 closterium sebanyak 2100, dan sedangkan pada zona 3 perifitonyang banyakdidapatkan yaitujenisclosteriumsebanyak 3450.
Menurut Mamangkey (2004) warna dan kecerahan air merupakan indikasi kelimpahan dan keanekaragaman perifiton di perairan yang didominasi oleh jenis perifiton tertentu. Tingkat kecerahan dapat mempengaruhi diversitas spesies. Semakin cerah suatu perairan, diversitas spesies semakin tinggi. Sesuai dengan teori tersebut didapatkan data tingkat kecerahan yang paling tinggi pada zona 1 yakni 0.25 m sihingga jenis perifiton yang terdapat pada zona 1 juga lebih beragam.
Tingginya nilai kerapatan perifiton dapat menyebabkan terhambatnya penetrasi cahaya dan peningkatan metabolisme yang terjadi dalam kolam tersebut. Menurut Botany (2006), komunitas peri-fiton dapat digunakan untuk menghilangkan adanya polutan pada suatu perairan.




2.       Plankton
Tabel 3. Kelimpahan fitoplankton di perairan Situ Gede


Jenis
Zona 1
Zona 2
Zona 3
Fitoplankton
Aphanocapsa
324
134
12
Botrycoccus
18
Caetophora
6
Campylodiscus
84
Cladophora
42
Closterium
59
134
6
Codospliaerium
6
Desmids
1
Eunotia
6
Gonatozygon
88
12
Mougeotia
31
6
Nitzschia
30
Oodogonium
6
Ophiocytium
18
Oscillatorio
70
Pediastrum
6
Stephanodiscus
24
Synedra
12
Tetmemorus
2
Tetraspora
6
Tribonema
90
Total
691
428
114











 











Gambar. Box Plot fitoplankton di perairan Situ Gede

Tabel 4. Kelimpahan zooplankton di perairan Situ Gede

Jenis
Zona 1
Zona 2
Zona 3
Zooplankton
Amoeba
15
Chilodonella
2
Chromogaster
202
Coelesphaerium
6
Conochilus
78
Crucigenia
32
Cyclotella
12
Cynedra
12
Frontonia
1
Genicularia
12
Gyrosigma
9
Melosira
120
Navicula
44
Nitzchia
6
Ostrhocoda
18
Paramecium
9
Paranema
1
Polyarthra
2
Prorodon
618
Protococcus
30
Spirostomum
3
Synchaeta
2
Synedra
15
15
Urostyla
6
Total
25 Spesies
927
224
104


                Gambar.  Box Plot kelimpahan zooplankton di perairan Situ Gede



Jenis
Zona 1
Zona 2
Zona 3
Zooplankton
Amnicola
803
1880
3400
Bythinia
1633
1533
Campeloma
2142
4577
8648
Ganiobasis
180
5682
5463
Gyraulus
165
3584
Hydrobia
495
13359
1938
Margaritivera
334
3820
417
Musculium
658
Pleulocera
165
4982
Unio
3
Viviparus
171
217
Total
6749
37884
21616
P

























Plankton terbagi menjadi fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton terdiri atas ganggang, diatom, dan dinoflagelata. Zooplankton terdiri atas rotifera, cladocera, copepoda. Kelimpaahan plankton di setiap stasiun berbeda-beda, perbedaan kelimpahan ini disebabkan oleh perbedaan kecerahan dan kedalaman. Semakin banyak mendapat sinar matahari dan semakin dalam suatu perairan, maka jumlah plankton akan semakin banyak.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan di laboratorium, kami dapat mengidentifikasi jenis-jenis plankton yang terdapat pada sampel yang kami bawa dari perairan situ gede. Jenis plankton yang kami dapatkan cukup bervariasi, namun didominasi oleh jenis Prorodon


3.       Benthos



Tabel 5. Kelimpahan Benthos di perairan Situ Gede


Jenis
Zona 1
Zona 2
Zona 3
Benthos
Amnicola
803
1880
3400
Campeloma
2142
4577
8648
Ganiobasis
180
5682
5463
Gyraulus
165
3584
Hydrobia
495
13359
1938
Margaritivera
334
3820
417
Musculium
658
Pleulocera
165
4982
Unio
3
Viviparus
171
217
Total
6749
37884
21616

 




.








4.       Nekton dan Neuston          


Berdasarkan hasil pengambilan sampel di Situ Gede, tidak didapatkan organisme nekton dan neuston. Nekton merupakan sekumpulan hewan pelagis yang berenang bebas,independen, umumnyabergerak mengikut pergerakan air atau arus. Sedangkan neuston merupakan sejenis serangga air yang hidup di pemukaan air.

Simpulan
Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa Danau Situ Gede terdiri dari komponen biotik dan abiotik. Parameter yang diamati dari perairan Situ Gede yaitu parameter fisika, kimia, dan biologi.  Secara fisik perairan Situ Gede berwarna  hijau agak tua dan memiliki tipe substrat berupa lumpur,memiliki kedalaman dan suhu berbeda beda dengan tingkat kecerahan yang berbeda dari setiap bagian perairan. Secara kimia perairan Situ Gede memiliki nilai pH 6 sehingga menunjukkan Keanekaragaman plankton dan bentos sedikit menurun,. Parameter biologi yang ditemukan di situ Gede, yaitu plankton, perifiton, dan bentos.
Saran
                Sebaiknya semua pihak baik itu warga sekitar, petugas khusus penjaga situ gede, pemerintah setempat, dan juga para pengunjung agar lebih menjaga kebersihan situ gede agar tidak terjadi pencemaran perairan, terutama dari pencemaran yang ditimbulkan oleh limbah rumah tangga yang banyak berupa sampah plastik.



Daftar Pustaka
Anggraini, W.2007. Penentuan Faktor Biotik-abiotik lingkungan perairan.[terhubung_berkala]. http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2149486-ekosistem-faktor-biotik-dan-faktor. (20 september 2013) (00.02)
Effendi. 2004. Pengaruh factor biotic-abiotik organism sungai.[terhubung berkala].http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2074023-pengukuran-parameter-kualitas-dengan-bentos. (20 september 2013)(23.08)
Mahida, U.N.1984.Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri.Rajawali: Jakarta
Lukman.2007. Karakteristikperairan. [terhubung berkala]. www.scribd.com/doc/.../karakt eristik-perairan (21 september 2013)(06.11)

Odum, E.P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. 4rd ed. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Suwigyo, Sugiarti. Widigdo, Bambang. Wardiatno, Yusli. dan Krisanti, Majariana. 2005      Avertebrata Air. 1st ed. Jakarta: Penebar Swadaya.








Lampiran

 









                                                                                                       
 








                                                                                                        


                                                                                                        







 















 










Tidak ada komentar:

Posting Komentar