Jumat, 22 November 2013

Karakteristik EKosistem Perairan Mengalir di Sungai Ciapus

Karakteristik EKosistem Perairan Mengalir di Sungai Ciapus
Eneng Ismawati (C24120007), Andi Fahmi Kasari (C24120022), Ani Munawaroh (C24120040), Ratu Ayu Anisa (C24120076), Ahmad Dzaki Mufakkir (C24120104), Ditta Ayu Anggraini (C241200108)
Asisten Pendamping :
Asia Wirda
Manajemen Sumberdaya Perairan
Abstrak
Perairan merupakan tatanan kesatuan antara unsur-unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem perairan terbagi menjadi dua yaitu ekosistem perairan tergenang (lentik) dan ekosistem perairan mengalir (lotik). Salah satu bentuk perairan mengalir adalah sungai. Sungai merupakan suatu sistem yang terbuka yang menunjukan gradien karakter di sepanjang tubuhnya, selain itu sungai masih dipengaruhi dari daratan. Sungai terdiri dari beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai. Praktikum ekosistem perairan mengalir melalui studi kasus Sungai Ciapus memiliki tujuan antara lain, mengetahui komponen ekosistem di perairan mengalir,  mengetahui interaksi antara komponen biotik dan abiotik di ekosistem perairan mengalir  dan mempelajari karakteristik perairan mengalir. Praktikum ini dilaksanakan dengan cara melakukan pengamatan langsung ke lokasi yaitu Sungai Ciapus terletak di Kampung Carang, Desa Cikarawang, Dramaga, Bogor, pada hari Selasa, 8 Oktober 2013. Di lokasi ini diambil beberapa sampel untuk mengetahui parameter fisika, kimia dan biologi dari perairan mengalir ini. Penentuan parameter fisika dilihat dari warna perairan, tipe substrat, suhu perairan, kecerahan perairan, arus, dan kedalaman perairan. Parameter kimia ditentukan oleh derajat keasaman pH. Sedangkan parameter biologi dilihat dari sampel organisme yang terdapat pada perairan mengalir yang meliputi plankton, perifiton, neuston, nekton, dan benthos.

Kata kunci : ekosistem, perairan mengalir, parameter fisika, parameter kimia, parameter biologi


Pendahuluan
Perairan mengalir merupakan perairan tebuka yang dicirikan dengan adanya arus dan perbedaan elevasi dimana terdapat arus dan hubungan antara komponen biotik dan abiotik. Contoh dari perairan mengalir  adalah  sungai, selokan dan parit.  Sungai merupakan perairan terbuka dengan arus satu arah yang berasal dari hulu dan bermuara ke hilir. Arus pada sungai menjadi faktor pembatas utama pada habitat air mengalir yang membedakan dengan perairan menggenang yang bersifat stagnan atau hampir tidak memiliki arus. Dasar perairan yang keras berupa batu menjadi hal penting dalam menentukan sifat komunitas serta kerapatan populasinya.Batu pada dasar perairan tersebut menjadi habitat yang baik bagi organisme untuk menempel atau melekat.Hal tersebut menjadi parameter perbandingan komunitas organisme yang hidup pada ekosistem perairan mengalir dan menggenang (Odum 1998). Sungai digunakan oleh manusia dalam kehidupan sehari hari, seperti kegiatan transportasi, pertanian, pembangkit listrik, budidaya perikanan, dan pembuangan limbah. Kegiatan masyarakat di sepanjang aliran sungai sangat mempengaruhi kualitas dari air sungai. Kualitas air sungai akan mempengaruhi keberadaan ekosistem sungai tersebut. Karakteristik dari sungai antara lain: mengalir dengan satu arah, debitnya berfluktuasi, dangkal, biota yang ada beradaptasi dengan arus yang searah, dasar sungai dan tepian tidak stabil, memanjang, terdapat kekeruhan,konsentrasi, oksigen, dan pertukaran nutrien (Mulyono,2007).
            Sungai pada saat ini sudah beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah atau pembuangan limbah rumah tangga dan pabrik. Tidak mengherankan jika kondisi perairan sungai saat ini menjadi tercemar. Hubungan antara komponen biotik dan abiotik pun terganggu. Oleh karena itu, kami melakukan praktikum lapang di sungai Ciapus yang bertujuan untuk mengetahui parameter baik fisika, kimia, dan biologi serta interaksi komponen-komponennya.

Bahan dan Metode
Pengambilan sampel di lapangan dilakukan di Sungai Ciapus Pada Hari Selasa tanggal 09 Oktober 2013, yang dilakukan sebanyak 3 kali pada setiap stasiun dalam sebuah area transek kuadrat, dan setiap stasiun dibagi menjadi tiga substasiun. Setiap substasiun dilakukan tiga kali pengambilan sampel pada tempat yang berbeda secara diagonal ke depan. Pengambilan sampel di lapangandibagi menjadi parameter fisika, parameter kimia, dan parameter biologis. Pengamatan parameter fisika berupa warna perairan, tipe substrat, dan kecerahan dilakukan secara langsung dengan menggunakan indera penglihatan (visual).
Sumber : http://maps.google.co.id/
Alat yang digunakan pada praktikum ekosistem perairan mengalir di Sungai Ciapus adalah transek kuadrat, secchi disc, paralon 1 dan 3 inch, termometer, botol film, jar, ember volume 10 liter, botol film 10 buah, kantung plastic ukuran 1 kg, sikat gigi, karet gelang, kertas label, serok, kamera, plankton net, saringan, spidol, sarung tangan, tali rafia, bola pingpong, stopwatch dan alat surber.
Bahan-bahan yang digunakan adalah indikator pH, akuades, lugol dan formalin. Bahan yang dibutuhkan adalah formalin, aquades, dan lugol. Transek kuadrat berukuran 1x1 meter digunakan sebagai pembatas substasiun (area yang diamati). Pipa paralon berdiameter 3 inch dengan panjang 2 meter telah diberi skala dengan satuan cm digunakan untuk mengukur kedalaman. Cara penggunaan pipa paralon yaitu pipa paralon dimasukkan ke dalam air (dalam wilayah transek kuadrat) dengan keadaan tegak lurus permukaan air hingga menyentuh awal dasar situ lalu diamati skala pipa paralon.
Termometer digunakan untuk mengukur suhu situ dengan cara memasukkan termometer ke dalam air yang berada di dalam transek kemudian skala suhu diamati. Botol film sebanyak 10 buah digunakan sebagai wadah organisme yang didapat dari hasil pengamatan dan akan diamati di laboratorium. Secchi disc berdiameter 30 cm digunakan untuk mengukur kecerahan perairan. Cara penggunaannya adalah dengan menenggelamkan secchi disc ke dalam situ secara perlahan hingga secchi disk tepat tidak terlihat, kemudian dilihat skala yang ditunjukkan pipa paralon berdiameter 1 inch dan dihitung sebagai d1, selanjutnya secchi disc diangkat secara perlahan, tepat ketika secchi disk terlihat kembali, dianggap sebagai d2.
Kecerahan dihitung dengan menjumlahkan d1 dan d2 serta membagi 2. Kantung plastik sebanyak 3 buah digunakan sebagai wadah bentos. Ember bervolume 10 liter digunakan sebagai wadah air yang berasal dari perairan sungai (dari masing-masing substasiun) yang akan disaring dengan plankton net untuk mendapatkan sampel air selanjutnya akan diamati di laboratorium, sikat gigi digunakan untuk menyikat batu, ranting atau daun yang berasal dari dasar perairan situ untuk mendapatkan perifiton. Plankton net digunakan untuk menyaring plankton yang terkandung dalam perairan sungai. Cara penggunannya adalah Air yang berasal dari situ pada ember bervolume 10 liter dituangkan pada plankton net sebanyak 10 ember kemudian menggoyang-goyangkan plankton net agar tersaring .Surber digunakan untuk mengambil bentos di dasr perairan. Kertas label digunakan untuk memberi label pada masing-masing botol film atau plastik agar tidak tertukar. Tali rafia di gunakan untuk mengukur lebar sungai. Bola pimpong digunakan untuk mengukur kecepatan arus bersama stopwatch. Alat-alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengamatan. Serok digunakan untuk menjaring nekton. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan dan hasil pengamatan. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya aquades digunakan sebagai pencuci bentos dan substrat  yang akan disimpan dalam botol film. Lugol digunakan untuk mengawetkan plankton dan perifiton dengan cara meneteskannya sebanyak 3 tetes ke dalam plankton dan perifiton yang terdapat di botol film,. Formalin digunakan untuk mengawetkan bentos, neuston, dan nekton dengan cara menuangkannya dengan ukuran tertentu (secukupnya) ke dalam bentos, neuston dan nekton yang terdapat dalam botol film.
Analisis Laboratorium dan Data
Analisis laboratorium dilakukan untuk sampel parameter biologi yaitu plankton, perifiton, bentos, nekton, neuston. Analisis ini dilakukan dengan melakukan identifikasi jenis dari sampel yang ditemukan dengan menggunakan mikroskop atau secara visual. Pengamatan dengan menggunakan mikroskop dengan metode sampling yaitu dengan sensus secara ziq zag di cover glass. Selanjutnya, dilakukan perhitungan untuk menghitung kelimpahan dari tiap jenis tersebut. Dalam menghitung kelimpahan, masing-masing unsur biologi mempunyai rumus masing-masing.Berikut rumus yang digunakan
kelimpahan plankton:
Keterangan :
N: Kelimpahan Plankton (ind/L)
n: jumlah plankton yang tercacah(individu)
Vt: volume air terkonsentrasi (30ml)
Vcg:volume air di bawah cover glass (0,05ml)
Vs: volume air yang tersaring(100 liter)


Kelimpahan  perifiton:
Keterangan :   
Vp = Volume sampel hasil kerikan (ml)
Vcg = Volume sampel di bawah cover glass (0.05 ml)
A  = Luas bidang kerikan (cm2 )
n   = jumlah perifiton tercacah
           
Kelimpahan Benthos :

Keterangan :
            X         : Kepadatan bentos (ind/m2)
            x          : Jumlah individu per satuan alat (ind)
            M         : Luas bukaan mulut alat (62x10-4 m2)
            n          : Jumlah pengulangan

Kecerahan :
K=
Keterangan:
            d1:Titik dimana secchidiscmulai tidak terlihat ketika dibenamkan (m)
            d2 :Titik dimana secchi disc mulai terlihat ketika diangkat (m)
Kecepatan Arus :
Keterangan:
V = Kecepatan arus
s = Jarak
T = Waktu





Menghitung Debit Air:
Keterangan:
Q                     = debit air (m3/s)
P                      = panjang transek (m)
L                      = lebar transek (m)
Hrata-rata        = kedalaman rata-rata  tiap substasiun
Trata-rata         = Waktu (s)
Hasil dan Pembahasan
Parameter Fisika dan Kimia
Paremeter fisika meliputi ruang lingkup suhu, kecerahan, warna, kedalaman dan arus.Sedangkan, parameter kimia meliputi nilai pH. Hasil pengamatan parameter fisika dan kimia disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Parameter Fisika dan Kimia Ekosistem Perairan Mengalir Sungai Ciapus
Parameter
Unit
Substasiun 1
Substasiun 2
Substasiun 3
Kisaran
Rata-rata
FISIKA
Warna
Hijau kecoklatan
Coklat
Hijau kecoklatan
Coklat
Hijau kecoklatan
Coklat
Hijau kecoklatan
Coklat
Hijau kecoklatan
Coklat
Suhu
áµ’C
24-30
24-30
24-31
24-31
27,17
Kedalaman
M
0,25-0,76
0,30-0,91
0,39-0,77
0,25-0,91
0,56
Kecerahan
M
0,38-0,65
0,38-0,90
0,44-0,75
0,38-0,90
0,58
Tipe Substrat
Pasir berbatu
Berbatu
Berbatu
Berbatu
arus
m/s
0,08-2,31
0,13-2,46
0,19-1,91
0,08-2,46
1,18
KIMIA
pH
6--7
6--7
6—7
6—7
6,5
Lebar badan
M
17,3-31,15
Lebar sungai
M
10,6 - 28,7

Kekeruhan dan kecerahan merupakan salah satu faktor penting untuk penentuan produktivitas suatu perairan alami. Meningkatnya kekeruhan dapat menurunkan kecerahan perairan, serta mengurangi penetrasi matahari ke dalam air sehingga dapat membatasi proses fotosintesis dan produktivitas primer perairan.Warna merupakan parameter fisika pada suatu perairan mengalir..Berdasarkan data yang didapatkan, perairan Sungai Ciapus  memiliki warna hijau kecoklatan.
Pada substasiun 1, diperoleh data suhu sebesar 24-300C, kedalaman 0.25-0.76 m, dan kecerahan 0.38-0.65 m, arus sebesar 0,08-2,31 m/s, serta pH sebesar 6-7 dengan warna perairan adalah hijau kecokelatan serta tipe substrat yang berbatu. Sedangakan pada substasiun 2, diperoleh data suhu sebesar 24-300C, kedalaman 0.30-0,91 m, dan kecerahan 0.38-0.90 m, arus sebesar 0,13-2,46 m/s, serta pH sebesar 6-7 dengan warna perairan adalah hijau kecokelatan serta tipe substrat yang berbatu. Serta pada substasiun 3, diperoleh data suhu sebesar 24-310C, kedalaman 0.39-0.77 m, dan kecerahan 0.44-0.75 m, arus sebesar 0,19-1,91 m/s, serta pH sebesar 6-7 dengan warna perairan adalah hijau kecokelatan serta tipe substrat yang berbatu.
Menurut Mahida (1986) bahwa tingkat oksidasi senyawa organik jauh lebih besar pada suhu tinggi dibanding pada suhu rendah. Hal ini terbukti pada substasiun 3 tingkat keanekaragaman hayatinya lebih tinggi dibanding dengan substasiun 1 dan 2.
Parameter Biologi
1.      Plankton
Plankton terbagi menjadi fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton terdiri atas ganggang, diatom, dan dinoflagelata. Zooplankton terdiri atas rotifera, cladocera, copepoda. Kelimpaahan plankton di setiap stasiun berbeda-beda, perbedaan kelimpahan ini disebabkan oleh perbedaan kecerahan dan kedalaman. Semakin banyak mendapat sinar matahari dan semakin dalam suatu perairan, maka jumlah plankton akan semakin banyak.(Odum 1998).
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan di laboratorium, dapat diidentifikasi jenis-jenis plankton yang terdapat pada sampel yang dibawa dari Sungai Ciapus. Jenis plankton yang didapatkan cukup bervariasi, namun didominasi oleh jenis Closterium.
Tabel 2. Kelimpahan Plankton di Sungai Ciapus
Plankton
Spesies
Zona 1
Zona 2
Zona 3
Fitoplankton
Ampora
-
-
12
Ankistrodesmus
-
-
18
Aphanizomenon
-
-
6
Bothryococcus
-
-
12
Caetophora
-
-
6
Cladophora
-
-
12
Closterium
78
300
92
Coclosphaerium
24
-
6
Conedesmus
-
-
12
Cossmatium
-
-
3
Cyclotella
54
6
6
Diatoma
24
-
27
Docidium
6
20
-
Genicularia
30
-
-
Gonatozygon
78
-
-
Gonatozygon
18
90
30
Lucidium
-
-
6
Maougeotia
114
-
9
Melosica
-
10
-
Micrasterias
-
20
-
Navicula
-
-
42
Netrium
-
-
27
Nitesehia
102
250
18
Nitzachia
-
-
-
Nitzhia
-
-
-
Oedogonium
6
-
-
Penium
-
10
-
Phormidium
108
-
--
Pleurotaenium
-
-
6
Polycystia
-
-
6
Protococcus
-
-
6
Spirulina
-
-
6
Synedra
42
10
30
Tabelaria
-
130
18
Tetraspora
-
-
12
Thermococcus
6
-
-
Trinema
-
-
12
Zooplankton
Aphani zomenon
12
-
-
Astasia
96
-
-
Ceratium
-
-
12
Chaetophora
6
-
-
Chilodonela
-
-
6
Chilomonas
6
-
-
Codonella
6
-
-
Epistilis
-
-
6
Hartmanela
-
-
6
Malleo-ramate jaws
6
-
-
Mayorella
-
-
6
Rotaria
36
-
-
Spirostomum
-
-
6
Thecamoeba
-
-
18
Varticella
-
-
6
Jumlah

858
846
506

Gambar 1. Box Plot Zooplankton
 








Gambar 2. Box Plot Fitoplankton
 













Data diatas menunjukkan bahwa jumlah fitoplankton lebih banyak dari jumlah zooplankton. Hal ini dilihat dari warna perairan yang kehijauan.
Perifiton
Perifiton merupakan organisme yang menempel pada substrat berupa kayu, batu, tanaman, atau akar. Organisme ini biasanya terdiri dari euryperifiton dan pseudoperifiton  yang memiliki cara khusus dalam mempertahankan hidupnya di perairan (Odum 1971). Berikut merupakan tabel dan diagram  kepadatan perifiton pada Sungai Ciapus.

Tabel 3. Kepadatan Perifiton pada Sungai Ciapus

Spesies
Zona I (Ind/cm2)
Zona 2 (Ind/cm2)
Zona 3 (Ind/cm2)
Perifiton
Aphani zomenon
450



Aphanocapsa
200



Chilodonella
1150



Closterium
800

2000

Closterium


16750

Cocconeis

150


Coolospbaenum
3850



Diatoma
800



Docidium
100

250

Eunotia
150



Fillina


500

Fragilaria


500

Fragillaria
250



Frontonia
50
150


Gomphonema
1200

500

Gonatozygon
100

5500

Magorella
150



Melosira
150
900


Meridion

450


Mesotaenium
1200



Mitzschia
1200



Mougeotia
1150



Navicula

300


Nitzschia
1400
300
500

Oedogonium
150



Oscillatoria
150



Pediastrum
50



Penium
300



Phormidiun
1300

2000

Polyartha


250

Rotaria

150


Spirotaenia
150



Synedra
250
1350
250

Tabellaria


1250

Tanytarsus


250
Total
35 spesies
16700
3750
30500

Gambar 3. Diagram Kepadatan Perifiton di Sungai Ciapus
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui bahwa zona I memiliki kepadatan 16700 (Ind/cm2), zona II memiliki kepadatan 3750 (Ind/cm2), dan zona III memiliki kepadatan 30500 (Ind/cm2). Zona III memiliki kepadatan perifiton paling besar disebabkan karena adanya arus sungai. Arus yang terhalang oleh transek dapat mempengaruhi banyaknya perifiton yang didapat. Perifiton diperoleh sebagian besar dari bebatuan yang diambil dari dasar perairan. Banyak atau tidaknya perifiton dipengaruhi oleh kemampuan organisme tersebut menempel pada substrat (Odum 1998). Perifiton yang menempel pada substrat tak hidup akan lebih mantap menunjukkan banyaknya perifiton yang hidup di perairan tersebut, hal ini deisebabkan tidak terjadinya perubahan ligkungan seperti lapuknya kayu jika perifiton menempel pada substat hidup. Pada daerah yang terlindung dari cahaya, perkembangan perifiton menurun. Meningkatnya kekeruhan akibat lumpur dan plankton dapat mengurangi intensitas cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menghalangi perifiton di dasar yang memanfaatkan cahaya tersebut untuk berkembang (Lukman 2007).

2.       Bentos
Bentos merupakan organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar endapan. Bentos dapat dibagi berdasarkan makananya menjadi pemakan penyaring seperti (kerang) dan pemakan deposit seperti ( siput ) (E. P. Odum, 1971). Hewan bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya.  Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke waktu.karena hewan bentos terus menerus terdedah oleh air yang kualitasnya berubah-ubah.  Diantara hewan bentos yang relatif mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro.  Kelompok ini lebih dikenal dengan makrozoobentos (Rosenberg dan Resh, 1993).
Tabel 4. Kelimpahan bentos di Sungai Ciapus
Bentos 
zona 1
zona 2
zona 3
Amnicola
803

161
Bythinia (molluscs)
88


Closterium

50

Genicularia

14

Goniobasis


322
Margaritifera
4


Pleurocera
161


Pocidium

7

Spirotaenia

7

Tribonema

11

Unio
3


Viviparus
171


Total
1230
89
483
Kepadatan makrobentos yang ditunjukkan pada grafik memperlihatkan jumlah densitas makrobentos yang menempati masing-masing zona. Zona 1 memiliki densitas makrobentos tertinggi arena adanya faktor dari kondisi arus yang tidak terlalu deras dengan substrat sungai yang cenderung sedikit oleh bebatuan dan jumlah plankton yang mencukupi untuk nutrisi makrobentos itu sendiri . zona 2 memiliki tingkat densitas terendah, hal ini di dukung oleh arus yang relative mulai tinggi. Selanjutnya tingkat kepadatan makrobentos diikuti oleh zona 3 setelah zona 1.Kepadatan makrobentos ini dipengaruhi juga oleh faktor kecepatan aliran arus air. Semakin deras aliran air, maka akan mempengaruhi jumlah kepadatan makrobentos.
Makrozoobentos mempunyai peranan yang sangat penting dalam siklus nutrien di dasar perairan.  Montagna et all.  (1989) menyatakan bahwa dalam ekosistem perairan, makrozoobentos berperan sebagai salah satu mata rantai penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen tingkat tinggi.Bentos meliputi segala macam avertebrata air yang hidup di permukaan dasar perairan atau di dalam sedimen dasar perairan. Dasar perairan dapat berupa lumpur, batu, kerikil, baik di laut, sungai, maupun danau (Sugiarto Suwingnyo dan Majariana Krisanti).
Nekton dan Neuston
            Nekton adalah kelompok organisme yang tinggal di dalam kolom air, baik di perairan tawar maupun laut. Neuston adalah organisme yang hidup di permukaan air yang pergerakannya tidak dipengaruhi oleh pergerakan arus (Odum, 1998). Nekton pada zona pengamatan kami tidak ditemukan karena aliran air yang deras menjadi pembatas kemungkinan adanya beberapa organisme untuk berenang di dalam transek. Keberadaan neuston di sungai Ciapus terlihat jelas, namun tidak berhasil kami dapatkan karena kecepatan neuston untuk perlari di permukaan perairan.
Tumbuhan Air
            Tumbuhan air merupakan tumbuhan yang tinggal atau hidupnya berada di lingkungan perairan (Odum 1993). Tidak ditemukan tumbuhan air karena tumbuhan air sulit beradaptasi dengan lingkungan perairan yang berarus.
Interaksi  Komponen Abiotik  dan  Biotik
Pada ekosistem perairan mengalir terjadi interaksi antara komponen biotik dan abiotic membentuk suatu system dalam suatu ekosistem perairan. Organisme yang ada di perairan tersebut dengan parameter yang ada saling berhubungan dan berkaitan. Intensitas cahaya mempengaruhi kelimpahan plankton, perifiton dan organisme-organisme yang lain. Semakin banyak cahaya yang masuk ke perairan maka semakin banyak pula organisme-organisme seperti plankton, perifiton, dan nekton yang hidup diperairan tersebut. Adanya arus mengakibatkan plankton yang mampu bertahan hidup adalah jenis  plankton yang  memiliki alat pelekat.
Hubungan antara organisme dengan lingkunganya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam suatu ekosistem. Selain aliran energy tersebut, di dalam suatu ekosistem juga terdapat struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotic dan siklus materi. Dengan begitu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Apabila keseimbangan ini tidak dapat diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru.

Interaksi antara komponen biotik penyusun ekosistem perairan
Hasil kualitas air di Sungai Ciapus menunjukkan bahwa pada kondisi sungai dengan parameter fisika-kimia yang tergolong baik. Kemudian berdasarkan klasifikasi parameter biologi (plankton, perifiton, benthos, nekton dan neuston) yang ditemukan menunjukkan pencemaran sungai yang masih rendah, dengan masukkan bahan pencemar organic dan anorganik namun masih dalam jumlah yang kecil. Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa organisme di Sungai Ciapus saling memiliki keterkaitan, terutama komponen biotiknya. Interaksi antar komponen biotik disebut rantai makanan atau jala makanan yang terdiri atas 2 macam yaitu grassing food chain dan detritus food chain. Pada grassing food chain, produsen adalah fitoplankton dilanjutkan oleh organisme di atasnya dalam struktur trofik. Sedangkan pada detritus food chain produsen pertama dimulai dari unsur hara yang menjadi bahan konsumen plankton dan kemudian dilanjutkan oleh bentos sebagai konsumen kedua sampai ke tahapan bakteri pengurai.


Simpulan
Ekosistem perairan mengalir memiliki karakteristik dasar, yaitu arus dan perbedaan gradien lingkungan (elevasi). Komponen biotik yang terdapat di Sungai Ciapus meliputi plankton, perifiton, benthos, dan nekton. Komponen abiotik sebagai habitat dan lingkungan hidup komponen biotik berupa suhu, tingkat kecerahan, kedalaman, tipe substrat yang berupa kerikil berbatu. Komponen abiotik berpengaruh terhadap keberadaan komponen biotik. Bagian sungai yang berarus deras mempunyai keragaman hewan yang sedikit dan mempunyai adaptasi khusus menghadapi arus, sedangkan tumbuhan air tidak ada karena adanya arus. Sumber energy berasal dari plankton yang mampu hidup dalam arus dan tumbuhan di sekitar sungai yang terbawa air.
Saran
            Alat yang di gunakan dalam praktik lapang, khususnya yang di sediakan oleh Asisten seharusnya lebih banyak. Sehingga tidak mengulur waktu sampling yang menjadikan sampling di lapangan belum selesai atau mengulang lagi.
Daftar Pustaka
Effendi. 2004. Pengaruh factor biotic-abiotik organism sungai.[terhubung berkala].http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2074023-pengukuran-parameter-kualitas-dengan-bentos. (20 september 2013)(23.08)
Anggraini, W. 2007. Penentuan Faktor Biotik-abiotik lingkungan perairan.[terhubung_berkala]. http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2149486-ekosistem-faktor-biotik-dan-faktor. (20 september 2013) (00.02)
Lukman. 2007. Karakteristik perairan. [terhubung berkala]. www.scribd.com/doc/.../karakteristik-perairan (21 september 2013)(06.11)

Odum, E.P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi.4rd ed. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Suwigyo, Sugiarti. Widigdo, Bambang. Wardiatno, Yusli. dan Krisanti, Majariana. 2005      Avertebrata Air. 1st ed. Jakarta: Penebar Swadaya
Lukman. 2007. Karakteristik Perairan.
[terhubung berkala]. http://     www.scribd.com/doc/.../karakteristi
-perairan (1 November 2013)