Karakteristik
EKosistem Perairan Mengalir di Sungai Ciapus
Eneng
Ismawati (C24120007), Andi Fahmi Kasari (C24120022), Ani Munawaroh (C24120040),
Ratu Ayu Anisa (C24120076), Ahmad Dzaki Mufakkir (C24120104), Ditta Ayu
Anggraini (C241200108)
Asisten Pendamping
:
Asia
Wirda
Manajemen Sumberdaya
Perairan
Abstrak
Perairan merupakan tatanan kesatuan antara
unsur-unsur lingkungan hidup yang saling mempengaruhi. Ekosistem perairan
terbagi menjadi dua yaitu ekosistem perairan tergenang (lentik) dan ekosistem
perairan mengalir (lotik). Salah satu bentuk perairan
mengalir adalah sungai. Sungai merupakan suatu sistem yang terbuka yang
menunjukan gradien karakter di sepanjang tubuhnya, selain itu sungai masih
dipengaruhi dari daratan. Sungai terdiri dari
beberapa bagian, bermula dari mata air yang mengalir ke anak sungai. Beberapa anak sungai akan
bergabung untuk membentuk sungai utama. Aliran air biasanya berbatasan dengan
kepada saluran dengan dasar dan tebing di sebelah kiri dan kanan. Penghujung
sungai di mana sungai bertemu laut dikenali sebagai muara sungai. Praktikum
ekosistem perairan mengalir melalui studi kasus Sungai Ciapus memiliki tujuan
antara lain, mengetahui komponen ekosistem di perairan mengalir, mengetahui interaksi antara komponen biotik
dan abiotik di ekosistem perairan mengalir
dan mempelajari karakteristik perairan mengalir. Praktikum ini
dilaksanakan dengan cara melakukan pengamatan langsung ke lokasi yaitu Sungai Ciapus terletak di Kampung Carang, Desa
Cikarawang, Dramaga, Bogor, pada hari Selasa, 8 Oktober 2013. Di
lokasi ini diambil beberapa sampel untuk mengetahui parameter fisika, kimia dan
biologi dari perairan mengalir ini. Penentuan parameter fisika dilihat dari
warna perairan, tipe substrat, suhu perairan, kecerahan perairan, arus, dan
kedalaman perairan. Parameter kimia ditentukan oleh derajat keasaman pH.
Sedangkan parameter biologi dilihat dari sampel organisme yang terdapat pada
perairan mengalir yang meliputi plankton, perifiton, neuston, nekton, dan
benthos.
Kata kunci :
ekosistem, perairan mengalir, parameter fisika, parameter kimia, parameter
biologi
Pendahuluan
Perairan
mengalir merupakan perairan tebuka yang dicirikan dengan adanya arus dan
perbedaan elevasi dimana terdapat arus dan hubungan antara komponen biotik dan
abiotik. Contoh dari perairan mengalir
adalah sungai, selokan dan parit. Sungai merupakan perairan terbuka dengan arus
satu arah yang berasal dari hulu dan bermuara ke hilir. Arus pada sungai
menjadi faktor pembatas utama pada habitat air mengalir yang membedakan dengan
perairan menggenang yang bersifat stagnan atau hampir tidak memiliki arus. Dasar
perairan yang keras berupa batu menjadi hal penting dalam menentukan sifat
komunitas serta kerapatan populasinya.Batu pada dasar perairan tersebut menjadi
habitat yang baik bagi organisme untuk menempel atau melekat.Hal tersebut
menjadi parameter perbandingan komunitas organisme yang hidup pada ekosistem
perairan mengalir dan menggenang (Odum 1998). Sungai digunakan oleh manusia
dalam kehidupan sehari hari, seperti kegiatan transportasi, pertanian,
pembangkit listrik, budidaya perikanan, dan pembuangan limbah. Kegiatan
masyarakat di sepanjang aliran sungai sangat mempengaruhi kualitas dari air
sungai. Kualitas air sungai akan mempengaruhi keberadaan ekosistem sungai
tersebut. Karakteristik dari sungai antara lain: mengalir dengan satu arah,
debitnya berfluktuasi, dangkal, biota yang ada beradaptasi dengan arus yang
searah, dasar sungai dan tepian tidak stabil, memanjang, terdapat
kekeruhan,konsentrasi, oksigen, dan pertukaran nutrien (Mulyono,2007).
Sungai
pada saat ini sudah beralih fungsi menjadi tempat pembuangan sampah atau
pembuangan limbah rumah tangga dan pabrik. Tidak mengherankan jika kondisi
perairan sungai saat ini menjadi tercemar. Hubungan antara komponen biotik dan
abiotik pun terganggu. Oleh karena itu, kami melakukan praktikum lapang di
sungai Ciapus yang bertujuan untuk mengetahui parameter baik fisika, kimia, dan biologi
serta interaksi komponen-komponennya.
Bahan
dan Metode
Pengambilan sampel di lapangan
dilakukan di Sungai Ciapus Pada Hari
Selasa tanggal 09 Oktober
2013, yang dilakukan
sebanyak 3 kali pada setiap stasiun
dalam sebuah
area transek kuadrat, dan setiap
stasiun dibagi menjadi tiga substasiun. Setiap substasiun dilakukan tiga kali pengambilan sampel
pada tempat yang berbeda secara diagonal ke depan. Pengambilan sampel di lapangandibagi menjadi parameter
fisika, parameter kimia, dan parameter biologis. Pengamatan parameter fisika
berupa warna perairan, tipe substrat, dan kecerahan dilakukan
secara langsung dengan menggunakan indera penglihatan (visual).

Alat yang digunakan pada praktikum ekosistem perairan
mengalir di Sungai Ciapus adalah transek
kuadrat, secchi disc, paralon 1 dan 3
inch, termometer, botol film, jar,
ember volume 10 liter, botol film 10 buah, kantung plastic ukuran 1 kg, sikat
gigi, karet gelang, kertas label, serok, kamera, plankton net, saringan, spidol, sarung tangan, tali rafia, bola pingpong, stopwatch dan alat surber.
Bahan-bahan yang digunakan adalah indikator pH, akuades, lugol dan
formalin. Bahan yang dibutuhkan adalah formalin,
aquades, dan lugol. Transek kuadrat berukuran 1x1 meter
digunakan sebagai pembatas substasiun (area yang diamati). Pipa paralon
berdiameter 3 inch dengan panjang 2 meter telah diberi skala dengan satuan cm
digunakan untuk mengukur kedalaman. Cara penggunaan pipa paralon yaitu pipa
paralon dimasukkan ke dalam air (dalam wilayah transek kuadrat) dengan keadaan
tegak lurus permukaan air hingga menyentuh awal dasar situ lalu diamati skala
pipa paralon.
Termometer digunakan untuk mengukur
suhu situ dengan cara memasukkan termometer ke dalam air yang berada di dalam
transek kemudian skala suhu diamati. Botol film sebanyak 10 buah digunakan
sebagai wadah organisme yang didapat dari hasil pengamatan dan akan diamati di
laboratorium. Secchi disc berdiameter 30 cm digunakan untuk
mengukur kecerahan perairan. Cara penggunaannya adalah dengan menenggelamkan
secchi disc ke dalam situ secara perlahan hingga secchi disk tepat tidak
terlihat, kemudian dilihat skala yang ditunjukkan pipa paralon berdiameter 1
inch dan dihitung sebagai d1, selanjutnya secchi disc diangkat secara perlahan,
tepat ketika secchi disk terlihat kembali, dianggap sebagai d2.
Kecerahan dihitung dengan
menjumlahkan d1 dan d2 serta membagi 2. Kantung plastik sebanyak 3 buah digunakan
sebagai wadah bentos. Ember bervolume 10 liter digunakan sebagai wadah air yang
berasal dari perairan sungai (dari masing-masing substasiun) yang akan disaring
dengan plankton net untuk mendapatkan sampel air selanjutnya akan diamati di
laboratorium, sikat gigi digunakan untuk menyikat batu, ranting atau daun yang
berasal dari dasar perairan situ untuk mendapatkan perifiton. Plankton net
digunakan untuk menyaring plankton yang terkandung dalam perairan sungai. Cara
penggunannya adalah Air yang berasal dari situ pada ember bervolume 10 liter
dituangkan pada plankton net sebanyak 10 ember kemudian menggoyang-goyangkan
plankton net agar tersaring .Surber digunakan untuk mengambil bentos di dasr
perairan. Kertas label digunakan untuk memberi label pada masing-masing botol
film atau plastik agar tidak tertukar. Tali rafia di gunakan untuk mengukur
lebar sungai. Bola pimpong digunakan untuk mengukur kecepatan arus bersama stopwatch.
Alat-alat tulis digunakan untuk mencatat hasil pengamatan. Serok digunakan
untuk menjaring nekton. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan dan
hasil pengamatan. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini diantaranya aquades
digunakan sebagai pencuci bentos dan substrat yang akan disimpan dalam
botol film. Lugol digunakan untuk mengawetkan plankton dan perifiton dengan
cara meneteskannya sebanyak 3 tetes ke dalam plankton dan perifiton yang
terdapat di botol film,. Formalin digunakan untuk mengawetkan bentos, neuston,
dan nekton dengan cara menuangkannya dengan ukuran tertentu (secukupnya) ke
dalam bentos, neuston dan nekton yang terdapat dalam botol film.
Analisis
Laboratorium dan Data
Analisis laboratorium dilakukan untuk sampel parameter
biologi yaitu plankton, perifiton, bentos, nekton, neuston. Analisis ini
dilakukan dengan melakukan identifikasi jenis dari sampel yang ditemukan dengan
menggunakan mikroskop atau secara visual. Pengamatan dengan menggunakan
mikroskop dengan metode sampling yaitu dengan sensus secara ziq zag di cover glass.
Selanjutnya, dilakukan perhitungan untuk menghitung kelimpahan dari tiap jenis
tersebut. Dalam
menghitung kelimpahan, masing-masing unsur biologi mempunyai rumus
masing-masing.Berikut rumus yang digunakan
kelimpahan plankton:

Keterangan :
N: Kelimpahan Plankton (ind/L)
n: jumlah plankton yang tercacah(individu)
Vt: volume air terkonsentrasi (30ml)
Vcg:volume air di bawah cover glass (0,05ml)
Vs: volume air yang tersaring(100 liter)
N: Kelimpahan Plankton (ind/L)
n: jumlah plankton yang tercacah(individu)
Vt: volume air terkonsentrasi (30ml)
Vcg:volume air di bawah cover glass (0,05ml)
Vs: volume air yang tersaring(100 liter)
Kelimpahan perifiton:

Keterangan :
Vp = Volume sampel hasil kerikan (ml)
Vcg = Volume sampel di bawah cover glass (0.05 ml)
Vcg = Volume sampel di bawah cover glass (0.05 ml)
A
= Luas bidang kerikan (cm2 )
n
= jumlah perifiton tercacah
Kelimpahan
Benthos :

Keterangan
:
X : Kepadatan bentos (ind/m2)
x : Jumlah individu per satuan alat (ind)
M : Luas bukaan mulut alat (62x10-4 m2)
n : Jumlah pengulangan
X : Kepadatan bentos (ind/m2)
x : Jumlah individu per satuan alat (ind)
M : Luas bukaan mulut alat (62x10-4 m2)
n : Jumlah pengulangan
Kecerahan
:
K=

Keterangan:
d1:Titik dimana secchidiscmulai tidak terlihat ketika dibenamkan (m)
d2 :Titik dimana secchi disc mulai terlihat ketika diangkat (m)
d1:Titik dimana secchidiscmulai tidak terlihat ketika dibenamkan (m)
d2 :Titik dimana secchi disc mulai terlihat ketika diangkat (m)
Kecepatan Arus :

Keterangan:
V
= Kecepatan arus
s
= Jarak
T
= Waktu
Menghitung
Debit Air:

Keterangan:
Q =
debit air (m3/s)
P =
panjang transek (m)
L =
lebar transek (m)
Hrata-rata = kedalaman rata-rata tiap
substasiun
Trata-rata =
Waktu (s)
Hasil
dan Pembahasan
Parameter
Fisika dan Kimia
Paremeter
fisika meliputi ruang lingkup suhu, kecerahan, warna, kedalaman dan arus.Sedangkan, parameter kimia meliputi nilai pH. Hasil pengamatan parameter fisika dan kimia disajikan pada tabel 1.
Tabel 1. Parameter Fisika dan Kimia Ekosistem Perairan Mengalir Sungai Ciapus
Parameter
|
Unit
|
Substasiun 1
|
Substasiun 2
|
Substasiun 3
|
Kisaran
|
Rata-rata
|
|
FISIKA
|
Warna
|
Hijau kecoklatan
Coklat |
Hijau kecoklatan
Coklat
|
Hijau kecoklatan
Coklat
|
Hijau kecoklatan
Coklat
|
Hijau kecoklatan
Coklat
|
|
Suhu
|
áµ’C
|
24-30
|
24-30
|
24-31
|
24-31
|
27,17
|
|
Kedalaman
|
M
|
0,25-0,76
|
0,30-0,91
|
0,39-0,77
|
0,25-0,91
|
0,56
|
|
Kecerahan
|
M
|
0,38-0,65
|
0,38-0,90
|
0,44-0,75
|
0,38-0,90
|
0,58
|
|
Tipe Substrat
|
Pasir berbatu
|
Berbatu
|
Berbatu
|
Berbatu
|
|||
arus
|
m/s
|
0,08-2,31
|
0,13-2,46
|
0,19-1,91
|
0,08-2,46
|
1,18
|
|
KIMIA
|
pH
|
6--7
|
6--7
|
6—7
|
6—7
|
6,5
|
|
Lebar
badan
|
M
|
17,3-31,15
|
|||||
Lebar sungai
|
M
|
10,6 - 28,7
|
Kekeruhan dan kecerahan merupakan
salah satu faktor penting untuk penentuan produktivitas suatu perairan alami.
Meningkatnya kekeruhan dapat menurunkan kecerahan perairan, serta mengurangi
penetrasi matahari ke dalam air sehingga dapat membatasi proses fotosintesis
dan produktivitas primer perairan.Warna merupakan parameter fisika pada suatu perairan mengalir..Berdasarkan data yang didapatkan, perairan Sungai Ciapus memiliki warna hijau kecoklatan.
Pada substasiun 1, diperoleh data suhu sebesar 24-300C, kedalaman 0.25-0.76 m, dan kecerahan 0.38-0.65 m, arus sebesar 0,08-2,31 m/s, serta pH
sebesar 6-7 dengan warna perairan adalah hijau kecokelatan
serta tipe substrat yang berbatu. Sedangakan pada substasiun 2, diperoleh data suhu sebesar 24-300C,
kedalaman 0.30-0,91 m, dan kecerahan 0.38-0.90 m, arus sebesar 0,13-2,46 m/s, serta pH
sebesar 6-7 dengan warna perairan adalah hijau kecokelatan serta
tipe substrat yang berbatu. Serta pada substasiun 3, diperoleh data suhu sebesar 24-310C,
kedalaman 0.39-0.77 m, dan kecerahan 0.44-0.75 m, arus sebesar 0,19-1,91 m/s, serta pH
sebesar 6-7 dengan warna perairan adalah hijau kecokelatan
serta tipe substrat yang berbatu.
Menurut Mahida (1986) bahwa tingkat oksidasi senyawa organik jauh lebih besar
pada suhu tinggi dibanding pada suhu rendah. Hal ini terbukti pada substasiun 3
tingkat keanekaragaman hayatinya lebih tinggi dibanding dengan substasiun 1 dan
2.
Parameter
Biologi
1.
Plankton
Plankton terbagi menjadi fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton
terdiri atas ganggang, diatom, dan dinoflagelata. Zooplankton terdiri atas
rotifera, cladocera, copepoda. Kelimpaahan plankton di setiap stasiun
berbeda-beda, perbedaan kelimpahan ini disebabkan oleh perbedaan kecerahan dan
kedalaman. Semakin banyak mendapat sinar matahari dan semakin dalam suatu
perairan, maka jumlah plankton akan semakin banyak.(Odum 1998).
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan di laboratorium, dapat
diidentifikasi jenis-jenis plankton yang terdapat pada sampel yang dibawa dari
Sungai Ciapus. Jenis plankton yang didapatkan cukup bervariasi, namun
didominasi oleh jenis Closterium.
Tabel 2. Kelimpahan Plankton
di Sungai Ciapus
Plankton
|
Spesies
|
Zona 1
|
Zona 2
|
Zona 3
|
Fitoplankton
|
Ampora
|
-
|
-
|
12
|
Ankistrodesmus
|
-
|
-
|
18
|
|
Aphanizomenon
|
-
|
-
|
6
|
|
Bothryococcus
|
-
|
-
|
12
|
|
Caetophora
|
-
|
-
|
6
|
|
Cladophora
|
-
|
-
|
12
|
|
Closterium
|
78
|
300
|
92
|
|
Coclosphaerium
|
24
|
-
|
6
|
|
Conedesmus
|
-
|
-
|
12
|
|
Cossmatium
|
-
|
-
|
3
|
|
Cyclotella
|
54
|
6
|
6
|
|
Diatoma
|
24
|
-
|
27
|
|
Docidium
|
6
|
20
|
-
|
|
Genicularia
|
30
|
-
|
-
|
|
Gonatozygon
|
78
|
-
|
-
|
|
Gonatozygon
|
18
|
90
|
30
|
|
Lucidium
|
-
|
-
|
6
|
|
Maougeotia
|
114
|
-
|
9
|
|
Melosica
|
-
|
10
|
-
|
|
Micrasterias
|
-
|
20
|
-
|
|
Navicula
|
-
|
-
|
42
|
|
Netrium
|
-
|
-
|
27
|
|
Nitesehia
|
102
|
250
|
18
|
|
Nitzachia
|
-
|
-
|
-
|
|
Nitzhia
|
-
|
-
|
-
|
|
Oedogonium
|
6
|
-
|
-
|
|
Penium
|
-
|
10
|
-
|
|
Phormidium
|
108
|
-
|
--
|
|
Pleurotaenium
|
-
|
-
|
6
|
|
Polycystia
|
-
|
-
|
6
|
|
Protococcus
|
-
|
-
|
6
|
|
Spirulina
|
-
|
-
|
6
|
|
Synedra
|
42
|
10
|
30
|
|
Tabelaria
|
-
|
130
|
18
|
|
Tetraspora
|
-
|
-
|
12
|
|
Thermococcus
|
6
|
-
|
-
|
|
Trinema
|
-
|
-
|
12
|
|
Zooplankton
|
Aphani zomenon
|
12
|
-
|
-
|
Astasia
|
96
|
-
|
-
|
|
Ceratium
|
-
|
-
|
12
|
|
Chaetophora
|
6
|
-
|
-
|
|
Chilodonela
|
-
|
-
|
6
|
|
Chilomonas
|
6
|
-
|
-
|
|
Codonella
|
6
|
-
|
-
|
|
Epistilis
|
-
|
-
|
6
|
|
Hartmanela
|
-
|
-
|
6
|
|
Malleo-ramate jaws
|
6
|
-
|
-
|
|
Mayorella
|
-
|
-
|
6
|
|
Rotaria
|
36
|
-
|
-
|
|
Spirostomum
|
-
|
-
|
6
|
|
Thecamoeba
|
-
|
-
|
18
|
|
Varticella
|
-
|
-
|
6
|
|
Jumlah
|
|
858
|
846
|
506
|
Gambar 1. Box Plot
Zooplankton
![]() |
Gambar
2. Box Plot Fitoplankton
![]() |
Data diatas menunjukkan bahwa jumlah fitoplankton lebih
banyak dari jumlah zooplankton. Hal ini dilihat dari warna perairan yang
kehijauan.
Perifiton
Perifiton merupakan organisme yang menempel pada substrat
berupa kayu, batu, tanaman, atau akar. Organisme ini biasanya terdiri dari euryperifiton
dan pseudoperifiton yang memiliki
cara khusus dalam mempertahankan hidupnya di perairan (Odum 1971). Berikut
merupakan tabel dan diagram kepadatan
perifiton pada Sungai Ciapus.
Tabel 3. Kepadatan Perifiton pada Sungai Ciapus
|
Spesies
|
Zona I (Ind/cm2)
|
Zona 2 (Ind/cm2)
|
Zona 3 (Ind/cm2)
|
Perifiton
|
Aphani zomenon
|
450
|
|
|
|
Aphanocapsa
|
200
|
|
|
|
Chilodonella
|
1150
|
|
|
|
Closterium
|
800
|
|
2000
|
|
Closterium
|
|
|
16750
|
|
Cocconeis
|
|
150
|
|
|
Coolospbaenum
|
3850
|
|
|
|
Diatoma
|
800
|
|
|
|
Docidium
|
100
|
|
250
|
|
Eunotia
|
150
|
|
|
|
Fillina
|
|
|
500
|
|
Fragilaria
|
|
|
500
|
|
Fragillaria
|
250
|
|
|
|
Frontonia
|
50
|
150
|
|
|
Gomphonema
|
1200
|
|
500
|
|
Gonatozygon
|
100
|
|
5500
|
|
Magorella
|
150
|
|
|
|
Melosira
|
150
|
900
|
|
|
Meridion
|
|
450
|
|
|
Mesotaenium
|
1200
|
|
|
|
Mitzschia
|
1200
|
|
|
|
Mougeotia
|
1150
|
|
|
|
Navicula
|
|
300
|
|
|
Nitzschia
|
1400
|
300
|
500
|
|
Oedogonium
|
150
|
|
|
|
Oscillatoria
|
150
|
|
|
|
Pediastrum
|
50
|
|
|
|
Penium
|
300
|
|
|
|
Phormidiun
|
1300
|
|
2000
|
|
Polyartha
|
|
|
250
|
|
Rotaria
|
|
150
|
|
|
Spirotaenia
|
150
|
|
|
|
Synedra
|
250
|
1350
|
250
|
|
Tabellaria
|
|
|
1250
|
|
Tanytarsus
|
|
|
250
|
Total
|
35 spesies
|
16700
|
3750
|
30500
|



Gambar 3. Diagram Kepadatan
Perifiton di Sungai Ciapus
Berdasarkan tabel 3 dapat
diketahui bahwa zona I memiliki kepadatan 16700 (Ind/cm2), zona II
memiliki kepadatan 3750 (Ind/cm2), dan zona III memiliki kepadatan
30500 (Ind/cm2). Zona III memiliki kepadatan perifiton paling besar
disebabkan karena adanya arus sungai. Arus yang terhalang oleh transek dapat
mempengaruhi banyaknya perifiton yang didapat. Perifiton diperoleh sebagian
besar dari bebatuan yang diambil dari dasar perairan. Banyak atau tidaknya
perifiton dipengaruhi oleh kemampuan organisme tersebut menempel pada substrat
(Odum 1998). Perifiton yang menempel pada substrat tak hidup akan lebih mantap
menunjukkan banyaknya perifiton yang hidup di perairan tersebut, hal ini
deisebabkan tidak terjadinya perubahan ligkungan seperti lapuknya kayu jika
perifiton menempel pada substat hidup. Pada daerah yang terlindung dari cahaya,
perkembangan perifiton menurun. Meningkatnya kekeruhan akibat lumpur dan
plankton dapat mengurangi intensitas cahaya yang masuk kedalam perairan
sehingga menghalangi perifiton di dasar yang memanfaatkan cahaya tersebut untuk
berkembang (Lukman 2007).
2.
Bentos
Bentos
merupakan organisme yang melekat atau beristirahat pada dasar endapan. Bentos
dapat dibagi berdasarkan makananya menjadi pemakan penyaring seperti (kerang)
dan pemakan deposit seperti ( siput ) (E. P. Odum, 1971). Hewan bentos hidup
relatif menetap, sehingga baik digunakan sebagai petunjuk kualitas lingkungan,
karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok
hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor
lingkungan dari waktu ke waktu.karena hewan bentos terus menerus terdedah oleh
air yang kualitasnya berubah-ubah. Diantara hewan bentos yang relatif
mudah diidentifikasi dan peka terhadap perubahan lingkungan perairan adalah
jenis-jenis yang termasuk dalam kelompok invertebrata makro. Kelompok ini
lebih dikenal dengan makrozoobentos (Rosenberg dan Resh, 1993).
Tabel 4.
Kelimpahan bentos di Sungai Ciapus
Bentos
|
zona 1
|
zona 2
|
zona 3
|
Amnicola
|
803
|
|
161
|
Bythinia (molluscs)
|
88
|
|
|
Closterium
|
|
50
|
|
Genicularia
|
|
14
|
|
Goniobasis
|
|
|
322
|
Margaritifera
|
4
|
|
|
Pleurocera
|
161
|
|
|
Pocidium
|
|
7
|
|
Spirotaenia
|
|
7
|
|
Tribonema
|
|
11
|
|
Unio
|
3
|
|
|
Viviparus
|
171
|
|
|
Total
|
1230
|
89
|
483
|



Kepadatan
makrobentos yang ditunjukkan pada grafik memperlihatkan jumlah densitas
makrobentos yang menempati masing-masing zona. Zona 1 memiliki densitas
makrobentos tertinggi arena adanya faktor dari kondisi arus yang tidak terlalu
deras dengan substrat sungai yang cenderung sedikit oleh bebatuan dan jumlah
plankton yang mencukupi untuk nutrisi makrobentos itu sendiri . zona 2 memiliki
tingkat densitas terendah, hal ini di dukung oleh arus yang relative mulai
tinggi. Selanjutnya tingkat kepadatan makrobentos diikuti oleh zona 3 setelah
zona 1.Kepadatan makrobentos ini dipengaruhi juga oleh faktor kecepatan aliran
arus air. Semakin deras aliran air, maka akan mempengaruhi jumlah kepadatan
makrobentos.
Makrozoobentos
mempunyai peranan yang sangat penting dalam siklus nutrien di dasar
perairan. Montagna et all. (1989) menyatakan bahwa dalam
ekosistem perairan, makrozoobentos berperan sebagai salah satu mata rantai
penghubung dalam aliran energi dan siklus dari alga planktonik sampai konsumen
tingkat tinggi.Bentos meliputi segala macam avertebrata air yang hidup di
permukaan dasar perairan atau di dalam sedimen dasar perairan. Dasar perairan
dapat berupa lumpur, batu, kerikil, baik di laut, sungai, maupun danau
(Sugiarto Suwingnyo dan Majariana Krisanti).
Nekton dan Neuston
Nekton adalah kelompok organisme
yang tinggal di dalam kolom air, baik di perairan tawar maupun
laut. Neuston adalah
organisme yang hidup di permukaan air yang pergerakannya tidak
dipengaruhi oleh pergerakan arus (Odum, 1998). Nekton pada zona pengamatan
kami tidak ditemukan karena aliran air yang deras menjadi pembatas
kemungkinan adanya beberapa organisme untuk berenang di dalam transek.
Keberadaan neuston di sungai Ciapus terlihat jelas, namun tidak berhasil kami
dapatkan karena kecepatan neuston untuk perlari di permukaan perairan.
Tumbuhan Air
Tumbuhan air merupakan tumbuhan yang tinggal atau hidupnya berada di
lingkungan perairan (Odum 1993). Tidak ditemukan tumbuhan air karena
tumbuhan air sulit beradaptasi dengan lingkungan perairan yang berarus.
Interaksi Komponen
Abiotik dan Biotik
Pada ekosistem perairan mengalir
terjadi interaksi antara komponen biotik dan abiotic membentuk suatu system dalam suatu ekosistem
perairan. Organisme yang ada di perairan tersebut dengan
parameter yang ada saling berhubungan dan berkaitan. Intensitas cahaya
mempengaruhi kelimpahan plankton, perifiton dan organisme-organisme yang lain.
Semakin banyak cahaya yang masuk ke perairan maka semakin banyak pula
organisme-organisme seperti plankton, perifiton, dan nekton yang hidup
diperairan tersebut. Adanya arus mengakibatkan plankton yang mampu bertahan
hidup adalah jenis plankton yang memiliki alat pelekat.
Hubungan
antara organisme dengan lingkunganya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam
suatu ekosistem. Selain aliran energy tersebut, di dalam suatu ekosistem juga
terdapat struktur atau tingkat trofik, keanekaragaman biotic dan siklus materi.
Dengan begitu ekosistem dapat mempertahankan keseimbangannya. Apabila
keseimbangan ini tidak dapat diperoleh maka akan mendorong terjadinya dinamika
perubahan ekosistem untuk mencapai keseimbangan baru.
Interaksi antara komponen biotik penyusun ekosistem
perairan
Hasil
kualitas air di Sungai Ciapus menunjukkan bahwa pada kondisi sungai dengan
parameter fisika-kimia yang tergolong baik. Kemudian berdasarkan klasifikasi
parameter biologi (plankton, perifiton, benthos, nekton dan neuston) yang
ditemukan menunjukkan pencemaran sungai yang masih rendah, dengan masukkan
bahan pencemar organic dan anorganik namun masih dalam jumlah yang kecil. Dari
data yang diperoleh
dapat diketahui bahwa organisme di Sungai
Ciapus saling memiliki
keterkaitan, terutama komponen biotiknya. Interaksi
antar komponen biotik disebut rantai makanan atau jala makanan yang terdiri
atas 2 macam yaitu grassing food
chain dan detritus food chain. Pada grassing food chain, produsen adalah fitoplankton dilanjutkan oleh
organisme di atasnya dalam struktur trofik. Sedangkan pada detritus food chain produsen pertama dimulai dari unsur hara yang
menjadi bahan konsumen plankton dan kemudian dilanjutkan oleh bentos sebagai
konsumen kedua sampai ke tahapan bakteri pengurai.
Simpulan
Ekosistem
perairan mengalir memiliki karakteristik dasar, yaitu arus dan perbedaan
gradien lingkungan (elevasi). Komponen biotik yang terdapat di Sungai Ciapus
meliputi plankton, perifiton, benthos, dan nekton. Komponen abiotik sebagai
habitat dan lingkungan hidup komponen biotik berupa suhu, tingkat kecerahan,
kedalaman, tipe substrat yang berupa kerikil
berbatu. Komponen abiotik berpengaruh terhadap keberadaan
komponen biotik. Bagian
sungai yang berarus deras mempunyai keragaman hewan yang sedikit dan mempunyai
adaptasi khusus menghadapi arus, sedangkan tumbuhan air tidak ada karena adanya
arus. Sumber energy berasal dari plankton yang mampu hidup dalam arus dan
tumbuhan di sekitar sungai yang terbawa air.
Saran
Alat yang di gunakan dalam praktik
lapang, khususnya yang di sediakan oleh Asisten seharusnya lebih banyak.
Sehingga tidak mengulur waktu sampling yang menjadikan sampling di lapangan
belum selesai atau mengulang lagi.
Effendi. 2004. Pengaruh factor
biotic-abiotik organism sungai.[terhubung
berkala].http://id.shvoong.com/exact-sciences/earth-sciences/2074023-pengukuran-parameter-kualitas-dengan-bentos. (20 september 2013)(23.08)
Anggraini, W. 2007. Penentuan Faktor
Biotik-abiotik lingkungan perairan.[terhubung_berkala]. http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2149486-ekosistem-faktor-biotik-dan-faktor.
(20 september 2013) (00.02)
Lukman. 2007. Karakteristik
perairan. [terhubung berkala]. www.scribd.com/doc/.../karakteristik-perairan (21 september 2013)(06.11)
Odum, E.P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi.4rd ed.
Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.
Suwigyo, Sugiarti. Widigdo, Bambang. Wardiatno,
Yusli. dan Krisanti, Majariana. 2005 Avertebrata
Air. 1st ed. Jakarta: Penebar Swadaya
Lukman. 2007. Karakteristik Perairan.
-perairan (1 November 2013)