|
Laporan
Praktikum Lapang MK. Iktiologi; TPI
Karangsong, Indramayu, Jawa Barat; 11-12 Mei 2013
Diajukan:
21 Mei 2013
|
Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan
Institut Pertanian Bogor
|
Laporan Praktikum Lapang Mk. Iktiologi
Semester Genap tahun 2013
Tempat Pelelangan Ikan Karangsong, Indramayu, Jawa
Barat
Disusun
oleh:
Devi
Apriliyanti C24120037
Muhammad
Sufi R C24120038
Muhammad
Yusuf C24120039
Ani
Munawaroh C24120040
Nurlia
Andriani C24120041
Sohibul
Taufik C24120042
Yudha
Prastyo C24120044
Asisten praktikum : Rinrin
Haryanti
Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
2013
Laporan
Praktikum Lapang MK. Iktiologi; TPI
Karangsong, Indramayu, Jawa Barat; 11-12 Mei 2013
Diajukan:
27 Mei 2013
|
Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan
Institut Pertanian Bogor, Indonesia
|
Laporan Praktikum Lapang Mk. Iktiologi Semester Genap
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karangsong, Indramayu,
Jawa Barat
Devi Apriliyanti (C24120037) Nurlia
Andriani (C24120041)
Muhammad Sufi R (C24120038)
SohibulTaufik (C24120042)
Muhammad Yusuf (C24120039)
Yudha Prastyo (C24120044)
Ani Munawaroh (C24120040)
Asisten : Rinrin Haryanti
PENDAHULUAN
Mata
kuliah ikhtiologi merupakan salah satu mata kuliah yang diberikan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Instititut Pertanian Bogor dan wajib diikuti oleh
mahasiswa FPIK dalam semua departemen, baik itu Budi Daya Perairan (BDP),
Teknologi Hasil Perairan (THP), Ilmu Teknologi Kelautan (ITK), Pemanfaatan Sumberdaya
Perairan (PSP) maupun Manajemen
Sumberdaya Perairan (MSP). Mata kuliah ini mempunyai bobot 3 sks dengan dua jam
untuk perkuliahan dan 3 jam untuk praktikum. Pada praktikum ikhtiologi setiap
tahun selalu diadakan studi lapangan atau sering disebut dengan fieldtrip ke
berbagai TPI. Fieldtrip kali ini mahasiswa diberikan tugas untuk mencari 5
jenis ikan yang wajib diidentifikasi, 2 diantaranya diawetkan dengan pengarahan
yang sudah diberikan oleh asisten praktikum. Berhubungan dengan hal tersebut,
khususnya tanggal 11-12 mei 2013, seluruh mahasiswa fakultas perikanan dan ilmu
kelautan melakukan studi lapang (fieldtrip) mata kuliah ikhtiologi ke tempat
Pelelangan Ikan Karangsong, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Studi lapagan
dilaksanakan dengan mengidentifkasi dan mengarsipkan jenis-jenis ikan yang
dilelangkan dengan cara di foto dan diawetkan yang kemudian akan disimpan/ diarsipkan
di laboratorium FPIK Institut Pertanian
Bogor. Setelah selesai pengidentikasian tesebut, mahasiswa diharuskan untuk
membuat laporan hasil studi lapangan yang nantinya akan dipresentasikan dihadapan dosen dan mahasiswa
lainnya.
METODOLOGI
Studi lapangan dilakukan di Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) Karangsong, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada tanggal
12 Mei 2013. Kegiatan yang dilakukan adalah penginventarisan ikan dengan cara
pengambilan gambar ikan dan pengoleksian ikan dengan cara diawetkan, wawancara
dengan nelayan, dan dilanjutkan dengan pendeskripsianikan dalam bentuk laporan
pasca studi lapang serta penelusuran lanjut melalui pustaka yang ada. Ikan-ikan
yang diinventarisasikan dan dideskripsikan adalah ikan-ikan lelangan yang
terdapat di TPI yaitu, ikan kakap merah (Lutjantus
argentimaculatus), ikan manyung (Netuma
thallasina), ikan cucut (Carcharhinus
longimanus), ikan remang (Congresox
talabon) dan ikan sebelah (Psettodes
erumi). Ikan-ikan tersebut ditangkap
nelayan di sekitar laut utara Jawa bahkan hingga perairan Kalimantan. Alat dan
bahan yang digunakan umtuk mengawetkan ikan adalah jarum pentul, kuas,
formalin, wadah berupa box untuk meletakkan awetan ikan,jarum suntik,
sterefoam, dan penggaris.
Gambar
1 Lokasi TPI Karangsong, Indramayu, Jawa Barat
Sumber:
Google.com diambil 26 Mei 2013
Inventarisasi
Ikan
Inventarisasi
spesies ikan yang dilelang dilakukan dengan observasi secara langsung ke TPI
melalui wawancara dan identifakasi secara langsung. Spesies yang akan
diinventarisasi selanjutnya didokumentasikan dalam bentuk foto. Kamera yang
digunakan adalah Panasonic DMC –FS4 dan Canon EOS Kiss X3. Jenis-Jenis ikan inventarisasi adalah
ikan kakap merah (Lutjantus
argentimaculatus), ikan cucut (Carcharhinus
longimanus), dan ikan remang (Congresox
talabon). Proses inventaris ikan tidak hanya sekedar
melihat ciri morfologi ikan-ikan inventaris tetapi juga mempelajari kebiasaan
dan cara penangkapan ikan dari para nelayan, melalui proses wawancara. Ikan
inventaris juga didokumentasikan guna mempermudah mahasiswa melakukan observasi
pustaka. Observasi pustaka dilakukan untuk memvalidasi data yang telah didapat
dari hasil wawancara dengan para nelayan di TPI Karongsong.
Pengoleksian Ikan
Pengoleksian ikan merupakan aktivitas penyimpan salah satu jenis ikan tertentu dalam suatu wadah. Pengoleksian ikan ini memiliki
tujuan mempertahankan kondisi ikan agar tidak cepat membusuk dan dapat dijadikan sebagai bahan penelitian serta dapat
dijadikan bahan ajaran hingga masa yang akan datang. Dua jenis ikan yang diawetkan yaitu ikan
manyung (Netuma
thallasina) dan ikan sebelah (Psedorhombus arsius)
menggunakan formalin 10%. Dengan prosedur pengawetan, sebagai berikut: pertama ikan dari laut atau
TPI harus dicuci terlebih dahulu agar ikan yang akan diawetkan tidak berjamur. Kedua, ikan di bentangkan di atas
steroform kemudian sirip di bentangkan mrnggunakan jarum pentul. Ketiga, oleskan formalin menggunakan
kuas yang telah disediakan. Pengawetan pada organ dalam dil;akukan dengan cara
menyuntikan formalin melalui anusnya. Pada ikan yang besar, sisi kanan ikan
yang menghap ke kiri harus di sayat vertical agar formalin tersebut masuk ke
dalam daging yang tebal. Biarkan ikan yang di olesi formalin kering. Setelah
kering dan mengeras ikan tersebut di masukkan ke dalam wadah yang berisi
formalin. Tutup rapat wadah tersebut menggunakan lakban.
Pendeskripsian Ikan
Ikan
yang dideskripsikan adalah ikan hasil inventarisasi yang dilakukan di TPI
ditambah dengan ikan yang dikoleksi. Ikan-ikan yang dideskripsikan lebih lanjut
adalah ikan kakap merah (Lutjantus
argentimaculatus), manyung (Netuma
thallasina), ikan cucut (Carcharhinus
longimanus),ikan remang (Congresox
talabon) dan ikan sebelah (Psedorhombus
arsius). Deskripsi singkat ikan berfokus pada morfologi, biologi, habitat
dan pemanfaatan ikan. Data-data yang didapat berasal dari hasil wawancara
dengan nelayan di TPI dan studi pustaka.
|
DESKRIPSI IKAN
Lutjanus
argentimaculatus, Forsskål1775)
|
Klasifikasi:
Animalia (Kingdom) > Chordata (Phylum) > Vertebrata (Subphylum) >
Pisces (Superclass) > Actinopterygii (Class) > Perciformes (Order)
>Lutjanidae (Family) >Lutjanus (Genus)
Sumber:Anderson & Allen 2001
|
Sumber: Dokumentasi Pribadi
|
Nama Lokal: Kakap
merah.
Nama FAO: En - Mangrove red
snapper; Fr - Vivaneau des
mangroves; Sp - Pargo de
manglar.
Karakteristik: Ikan kakap merah memiliki bentuk tubuh memanjang dan agak
pipih mulut terminal. Memiliki beberapa gigi taring (canine) pada rahangnya.
Bagian bawah penutup insang bergerigi. Gurat sisi lengkap tak terputus. Sirip
lengkap dengan sirip dorsal tunggal yang panjang, satu pasang sirip pektoral,
satu pasang sirip ventral, satu sirip anal dan satu sirip caudal yang berpinggiran tegak. Sirip lemak (adipose fin)
absen. Sirip punggung tunggal dengan 10
jari-jari sirip keras dan 13-14 jari-jari sirip lemah yang bercabang. Kakap
merah memiliki sirip ekor dengan tiga sirip keras dan 7-8 jari-jari sirip lemah
(Anderson
& Allen 2001). Warna tubuh sebagian
besar pada bagian
atas kemerahan, dan di bagian bawah terdapat gradasi warna merah menjadi lebih
muda hingga putih. Namun ada juga yang berwarna
kuning kemerahan, merah tua kehitaman dan kuning kecoklatan walaupun tidak umum
(Anderson
& Allen 2001).
Ukuran: Maksimal 120
cm, umumnya 80 cm.
Habitat: Laut dan
perairan payau dengan berasosiasi dengan karang.
Areal distribusi Kakap merah(warna abu-abu gelap)
Sumber: Anderson & Allen 2001
|
Biologi dan
Ekosistem: Ikan kakap merah hidup
berkelompok menempati karang, tandes atau rumpon. Memakan ikan-ikan kecil dan
juga crustaceae. Biasanya ditangkap oleh
nelayan menggunakan trawl, nets (redfishes gillnetting, snapper gillnetting),
handlines,
dan bottom longlines.
Selain ditangkap, ikan kakap merah dapat juga dibudidayakan
di tambak. Juvenile dan ikan muda dari
kakap merah ditemukan di muara hutan mangrove dan hilir perairan
tawar (kawasan estuari). Selanjutnya, mereka bermigrasi ke daerah lepas
pantai karang yang lebih dalam dengan kedalaman sekitar >100m.
Pemanfaatan: Mayoritas dijual
dalam keadaan segar seperti di Tempat Pelelangan Ikan Karangsong,
Indramayu, Jawa Barat. Ikan ini berharga
tinggi. Menurut nelayan d TPI Karangsong, ikan dengan ukuran 10-30 cm bisa
berharga >Rp. 150.000. Melalui lelang ikan ini, nelayan bisa mendapat jutaan
rupiah. Kepala ikan ini juga terkenal di warung makan Padang sebagai salah satu
menu andalannya. Menurut FAO (2011) penangkapan ikan ini sudah mencapai 1.083
ton pada tahun 2009 di kawasan samudera Hindia dan kawasan Western Central
Pacific.
Referensi:
FAO. 2011. FAO
Year Book: Fishery and Aquaculture Statistics 2009. Copyright: Food And
Agricultural Organization of United Nations
Anderson W D
dan Allen G R. 2001. Lutjanidae: Snappers (jobfishes). Dalam:
FAO Species Indentification Guide For Fishery Purposes: The Living Marine
Resources of The Western Central Pacific vol: 4.Rome: Food And
Agricultural Organization of United
Nations.
Netuma thalassina (Rüppell, 1837)
|
Klasifikasi: Biota> Animalia (Kingdom) > Chordata (Phylum) > Vertebrata (Subphylum) > Gnathostomata (Subclass) > Pisces (Superclass) > Actinopterygii (Class) >Siluriformes (Order) > Aaridae (Family) > Netuma (Genus)
Sumber: Kailola 2001
|
Sumber: Dokumentasi Pribadi
|
Nama lokal: Manyung.
Nama FAO: En - Giant sea catfish; Fr
- Mâchoiron titan; Sp - Bagre titan.
Karakteristik: Bentuk badan campuran. Posisi mulut inferior. Dilengkapi dengan 2
pasang sungut yang tidak terlalu panjang. Garis rusuk lengkap tak terputus dan
tidak bersisik. Sirip lengkap dengan satu sirip dorsal satu pasang sirip
ventral satu pasang sirip pektoral, dua sirip anal yang terpisah dan satu
adipose fin yang pendek. Sirip anal dengan A 14-17. Tulang belakang
berjumlah 46-48 (Kailola 2011). Warna tubuh coklat keabu-abuan dan terdapat
warna hitam di bagian dorsal. Sirip adipose sebagian berwarna hitam.
Ukuran: Ukuran maksimum:
185 cm, ukuran standar: 70 cm.
Habitat: perairan payau berpasir ataupun berlumpur.
Distribusi: Afrika timur,
India, Thailand, Vietnam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Laut Cina Selatan,
juga di sekitar Papua hingga Papua Nugini juga Australia.
Areal distribusi manyung(warna abu-abu gelap)
Sumber: Kailola 2001
|
Biologi dan Ekosistem: Memakan
crustaceae, cumi-cumi, ikan-ikan kecil, echinodermata, hingga detritus. Sering
ditemukan diperairan estuari. Merupakan ikan Euryhaline. Hidup di kedalaman 100-190 meter.
Pemanfaatan:Merupakan ikan yang banyak dikonsumsi dibeberapa negara. Kebanyakan
dijual segar dan jarang sekali
di asinkan. Menurut FAO (2011), penangkapan spesies-spesies family
Aaridae di
kawasan samudera Hindia dan kawasan Western Central Pascific sekitar 100.062
ton pada 2009.
Referensi:
FAO.
2011. FAO Year Book: Fishery and Aquaculture Statistics 2009. Copyright: Food And Agricultural
Organization of United Nations
Mene maculata (Bloch and Schneider, 1801)
|
Carcharhius
longimanus, (Forsskål1775)
|
Klasifikasi: Animalia (Kingdom) > Chordata
(Phylum) > Vertebrata (Subphylum) > Pisces (superclass) >Elasmobranchii
(class) > Chondricthyes (subclass) > Hexanchiformes (Order) >Carcharhinidae
(Family) >Carcharhinus (Genus)
Sumber:Anderson & Allen 2001
|
Sumber: Dokumentasi Pribadi
|
Nama Lokal: Ikan Cucut
Nama FAO: En - Mangrove red
snapper; Fr - Vivaneau des
mangroves; Sp - Pargo de
manglar.
Karakteristik: Ikan cucut
termasuk dalam sub group Elasmobaranchii, yaitu ikan yang bertulang rawan yang
mencakup 250 spesies yang terdapat baik di samudera maupun di perairan tawar
(Last & stevans 1994 dalam Raharjo 2007). Ikan cucut biasanya memiliki
bentuk tubuh yang lonjong dan memanjang seperti cerutu, ekor biasanya berujung
runcing, dengan cuping atas dari ekornya sering kali jauh lebih panjang dari
cuping bawahnya. Celah insang ikan cucut terletak pada sisi kepala, biasanya
berjumlah lima buah, tetapi pada famili Hexanchidae memiliki enam sampai tujuh
celah insang (canfagno 1984). Untuk melakukan pernafasan, air ditarik masuk
melalui mulut dan di pompa ke luar melalui celah insang. Cucut memiliki tubuh
silinder, panjang, dan sedikit pipih pada bagian kepala, dimana celah insang
terdapat pada sisi kepala dan terletak dibelakang mata, serta sirip dada yang
tidak menyatu dengan badan dan kepala. Mata cucut terletak pada bagian sebelah
atas dari kepalanya atau dibagian samping dari kepala. Cucut bergerak dengan
mengandalkan gerakan ekor serta sirip ekor tidak dalam mendorong ikan ke depan,
sedangkan sirip dadanya hampir sama sekali tidak digunakan dalam berenang namun
digunakan sebagai penyeimbang dan pengatur arah dari gerakan cucut. Kebanyakan
cucut memiliki 2 sirip punggung dan jarang sekali jenis cucut yang hanya
memiliki 1 sirip punggung. Gigi cucut tersusun dalam beberapa baris dan secara
konstan akan selalu tumbuh (berganti) jika gigi itu tanggal ataupun tidak
(Carpenter dan Niem 1998)
Ukuran: Maksimal 120
cm, umumnya 80 cm.
Habitat: Laut, umumnya
ditemukan di jeram-jeram dalam yang berkarang atau perairan dengan substrat
berpasir dan berlumpur, diperairan dalam yang berkoral dengan dasar yang
relatif tidak terlalu terjal, di air payau,
dan ada yan bisa hidup di air tawar.
Distribusi: Ikan cucut dapat ditemukan di lautan tropis maupun
subtropis bahkan perairan dingin, dan dapat ditemukan pada kolom air permukaan
sampai dengan perairan dengan kedalaman 3000 meter.
Area distribusi ikan sebalah (warna merah)
Sumber: Fishbase.org
Biologi dan
Ekosistem: Ikan
cucut secara keseluruhan memiliki pola reproduksi yang berbeda dan
dikelompokkan menjadi 3 pola reproduksi, yaitu ovipar (bertelur), aplacental
viviparity with oophaghy (melahirkan tanpa adanya plasenta), dan placental
viviparity (melahirkan dan terdapat plasenta). Semua cucut yang bereproduksi
tidak dengan cara bertelur memiliki waktu kehamilan yang cukup lama yaitu 8-24
bulan. Beberapa spesies memiliki masa resting
periode yaitu periode saat cucut tersebut beristirahat dan tidak melakukan
reproduksi dengan lama resting period
berkisar anatara 3-18 bulan. Jumlah anak yang dihasilkanpun sedikit, hanya 2-18
anak dalam satu kali melahirkan. Ikan jenis ini biasanya meripakan ikan
demersal.
Pemanfaatan: Mayoritas dijual
dalam keadaan segar seperti di Tempat Pelelangan Ikan Karangsong, Indramayu,
Jawa Barat. Ikan ini berharga tinggi. Menurut nelayan d TPI Karangsong, ikan
dengan ukuran 10-30 cm bisa berharga >Rp. 150.000. Melalui lelang ikan ini,
nelayan bisa mendapat jutaan rupiah. Kepala ikan ini juga terkenal di warung
makan Padang sebagai salah satu menu andalannya. Menurut FAO (2011) penangkapan
ikan ini sudah mencapai 1.083 ton pada tahun 2009 di kawasan samudera Hindia
dan kawasan Western Central Pacific.
Referensi:
FAO. 2011. FAO
Year Book: Fishery and Aquaculture Statistics 2009. Copyright: Food And
Agricultural Organization of United Nations
Anderson W D
dan Allen G R. 2001. Lutjanidae: Snappers (jobfishes). Dalam:
FAO Species Indentification Guide For Fishery Purposes: The Living Marine
Resources of The Western Central Pacific vol: 4.Rome: Food And
Agricultural Organization of United
Nations
Psedorhombus
arsius
|
Klasifikasi: Biota> Animalia (Kingdom) > Chordata (Phylum) > Vertebrata (Subphylum) >Pisces (Superclass)>Actinopterygii (Class) >Gnathostomata (Subclass)>Pleuronectiformes (Order) >Psettodidae (Family) >Psedorhombus (Genus)
> Psedorhombus arsius (Spesies)
Sumber: Dokumentasi Pribadi
|
Sumber: Kailola 2001
|
Nama
lokal: Ikan sebelah
Nama Latin : Psedorhombus arsius
Karakteristik: Secara
morfologi ikan ini mempunyai bentuk badan pipih, kedua mata berada pada salah
satu sisi, sedang sisi yang lain tidak ada mata (karena itulah disebut ikan
sebelah) dan sedikit pigmen. Ikan berbadan pipih ini mempunyai kemampuan untuk
menyamarkan tubuhnya dengan lingkungan sekitar sebagai penyamaran sehingga
mangsanya mudah dikelabui dan ditangkap. (Betty Rachmawati 2008).
Habitat: hidup di
daerah yang berpasir atau berlumpur. Biasanya ikan ini hidup di kedalaman 100
meter pada kolom perairan demersal.
Ukuran: Ukuran maksimum:
64 cm, ukuran standar: 50 cm.
Distribusi: Penyebaran ikan cukup luas yang meliputi wilayah perairan Indo-Pasifik
Barat : yang meliputi wilayah Laut Merah
dan Afrika Timur hingga Jepang dan Australia. Ikan ini juga menyebar dibagian timur
Samudera Hindia dan sebelah barat Samudera Pasifik.
Area distribusi ikan sebalah (warna abu tua)
Sumber: kailola 2001
Biologi dan Ekosistem: Ikan sebelah ( Psedorhombus
arsius) mempunyai panjang maksimum sekitar 64cm, umumnya panjang ikan ini
sekitar 50cm. Beratnya rata-rata 9gram, pada saat panjang tubuhnya mencapai
37-39cm ikan ini memasuki tahap dewasa. Ikan sebelah ini biasanya memakan
hewan-hewan yang hidup di dasar perairan ( demersal )
Pemanfaatan:Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan sebelah ini biasanya
menggunakan pukat yang khusus untuk menangkap ikan-ikan demersal. Total
penangkapan pada spesies ini berdasarkan data dari FAO 1998 adalah 19.170 ton.
Negara dengan total penangkapan terbesar adalah Indonesia 1.420 ton, Thailand
7.900 ton. Dijual dalam bentuk ikan segar dan diolah dengan cara diasap dan
dibekukan, bisa juga diolah menjadi tepung ikan.
Referensi:
FAO.
2011. FAO Year Book: Fishery and Aquaculture Statistics 2009. Copyright: Food And Agricultural
Organization of United Nations
Kaliloa
P J 2001.Order Siluriformes: Aaridae (Tachysuridae)
Sea catfisehes (Fork-tailed catfishes). Dalam: FAO Species
Indentification Guide For Fishery Purposes: The Living Marine Resources of The
Western Central Pacific Volume 3 Batoid
fishes, chimaeras and Bony fishes part 1
(Elopidae to Linophrynidae).Rome: Food And Agricultural Organization of United Nations
Congresox talabon(Cuvier, 1829)
|
Klasifikasi : Animalia(Kingdom)
> Chordata(Filum) > Vertebrata(Subfilum) > Actinopterygii(Kelas) >
Neopterygii(Subkelas) > Anguiliformes(Ordo) > Muraenesocidae(Familia)
> Congresox(Genus) > Congresox talabon(Spesies)
Nama lokal : Ikan Remang
Nama FAO : En – Yellow Pike Conger
Karakteristik :
Congresox talabon memiliki bentuk tubuh anguila
atau seperti ular. Ikan ini memiliki mulut yang besar dengan rahang atas yang
berakhir tepat di belakang mata dan linea lateralis yang jelas terlihat. Ikan
ini memiliki barisan gigi pada rahang bawah yang menonjol keluar. Ikan ini
tidak memiliki sirip ventral, namun memiliki sirip dorsal dan sirip anal yang
menyambung dengan sirip kaudal, sementara sirip pektoralnya memiliki panjang
sekitar tiga kali panjang kepalanya.
Ukuran :
Umumnya ikan ini ditemukan dengan panjang 150 cm. Panjang maksimal ikan ini
mencapai 2 meter.
Habitat :
Congresox
talabon termasuk ikan yang hidup di daerah estuari. Ikan
ini banyak ditemui pada kedalaman 100 m, biasanya ikan ini akan bersarang di
antara bebatuan di dasar (FAO
2013).
Distribusi : Ikan ini banyak ditemukan dari pesisir India timur hingga Celebes,
samudera Hindia, Laut Cina Selatan, Bangladesh, dan di Indonesia dapat
ditemukan di daerah perairan karang, di perairan lepas pantai, dan seluruh
perairan Indonesia.
Biologi dan Ekosistem : Congresox talabon muncul
ke permukaan karang saat hampir gelap atau malam hari untuk mencari makan. Ikan
ini merupakan predator krustasea kecil yang keluar dari persembunyiannya saat
malam hari. Seperti kebanyakan Congridae lainnya, ikan ini aktif saat malam
hari sehingga disebut nokturnal. (Moyle&Cech, 2004). Ikan
remang merupakan ikan yang memproduksi banyak telur (ovipar). Ikan ini tidak
melakukan proteksi terhadap telur-telur dan larvanya sehingga memiliki banyak
energi cadangan
untuk menghasilkan telur.
(Hemdal 2003)
Gambar Peta Persebaran
Daftar Pustaka :
FAO.
2013. FAO Species Identification Sheets. [terhubung berkala]
ftp://ftp.fao.org/docrep/fao/009/e9163e/e9163e3f.pdf (18 Mei 2013)
Fishbase. 2013. Congresox talabon (Cuvier, 1829). [terhubung berkala]
Hemdal.
2013. Aquarium Fish Breeding. New York: Barron’s EducationalSeries,
Inc.
Moyle
& Cech. 2004. Fishes: an Introduction to IchthyologyFifthEdition.Upper
Saddle River: Prentice Hall Inc
Tiku
M. 2004. Pengaruh Jenis Umpan dan Waktu Pengoperasian Bubu Lipat terhadap Hasil
Tangkapan Kepiting Bakau (Scylla serrata)
di Kecamatan Kubu, Kabupaten Pontianak. Tesis.
Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program pascasarjana.
PENUTUP
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karangsong,
kabupaten Indramayu, Jawa Barat merupakan salah satu tempat pelelangan ikan
yang varietas ikannya pada umumnya adalah ikan-ikan besar. Ikan-ikan yang
dilelang umumnya berasal dari perairan laut utara Jawa, perairan sumatera
bahkan perairan kalimantan. Kondisi ikan yang dilelang sebagian besar ikan-ikan
yang sudah disimpan selama sebulan sampai dua bulanan atau tergantung lamanya
nelayan dalam berlayar. Ikan-ikan yang dijual sebagian besar merupakan ikan
konsumsi ekonomis yang ukurannya besar dan harganya terbilang cukup mahal
seperti tenggiri, kakap merah, remang, cakalang, cucut, kapasan, tongkol, pari,
dll. Proses pelelangan biasanya dengan dua cara, yaitu nelayan langsung
menjualnya ke tengkulak dan ada pula yang langsung kepada calon pembeli
sehingga nelayan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Jenis-jenis ikan
yang berada di TPI karangsong ini merupakan ikan-ikan besar dan biasanya
menghuni perairan dalam/demersal. Nelayan biasanya pergi melaut selama 40 hari
sampai 3 bulan lamanya dengan rute perjalan perairan Jawa, Sumatera, bahkan
perairan Kalimantan dan selain menjual di TPI karangsong, kadang-kadang para
nelayan juga menjual ikan-ikannya di TPI yang berada di Jawa.
Lampiran
1
TEMPAT
PELELANGAN IKAN BLANAKAN
Gambar 1. Lokasi TPI Karangsong, Indramayu,
Jawa Barat
Koordinat 6°18'27"S
108°21'25"E
Sumber : Google Maps 2013
Lampiran
2
DAFTAR IKAN
Lampiran
3
METODE
PENGKOLEKSIAN IKAN
Alat dan bahan:
1. Larutan
Formalin 10%
2.
Sampel ikan yang akan dikoleksi
3. Stereofoam
1 lembar
4. Jarum
pentul 1 set
5. Kuas
6. Alat
bedah
7. Suntikan
8. Tisu
9. Selotip
coklat
Langkah
kerja
a.
Ikan dicuci terlebih dahulu agar
ikan yang akan diawetkan tidak berjamu.
b.
Ikan dibentangkan
di atas steroform, lalu bagian siripnya ditegakkan dengan menggunakan jarum
pentul.
c.
Oleskan formalin 10% ke seluruh bagian tubuh ikan sampai
merata dan untuk bagian organ dalamnya diawetkan dengan cara menyuntikan
formalin dengan menggunakan alat suntik, tunggu hingga kering.
d.
Setelah kering dan
mengeras masukan ikan kedalam wadah yang sudah diberi formalin
Lampiran
4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar