Kamis, 24 Oktober 2013

makalah ihtiology



Laporan Praktikum Lapang  MK. Iktiologi; TPI Karangsong, Indramayu, Jawa Barat; 11-12 Mei 2013
Diajukan: 21 Mei 2013


Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
 





Laporan Praktikum Lapang Mk. Iktiologi
Semester Genap tahun 2013
Tempat Pelelangan Ikan Karangsong, Indramayu, Jawa Barat




Disusun oleh:

Devi Apriliyanti           C24120037
Muhammad Sufi R      C24120038
Muhammad Yusuf       C24120039
Ani Munawaroh           C24120040
Nurlia Andriani                       C24120041
Sohibul Taufik                         C24120042
Yudha Prastyo                         C24120044

Asisten praktikum : Rinrin Haryanti



Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor
2013


Laporan Praktikum Lapang  MK. Iktiologi; TPI Karangsong, Indramayu, Jawa Barat; 11-12 Mei 2013
Diajukan: 27 Mei 2013


Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Institut Pertanian Bogor, Indonesia






Laporan Praktikum Lapang Mk. Iktiologi Semester Genap
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karangsong, Indramayu,
Jawa Barat

Devi Apriliyanti (C24120037)                                                           Nurlia Andriani (C24120041)
Muhammad Sufi R (C24120038)                                                      SohibulTaufik (C24120042)
Muhammad Yusuf (C24120039)                                                       Yudha Prastyo (C24120044)
Ani Munawaroh (C24120040)


Asisten : Rinrin Haryanti


PENDAHULUAN
Mata kuliah ikhtiologi merupakan salah satu mata kuliah yang diberikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Instititut Pertanian Bogor dan wajib diikuti oleh mahasiswa FPIK dalam semua departemen, baik itu Budi Daya Perairan (BDP), Teknologi Hasil Perairan (THP), Ilmu Teknologi Kelautan (ITK), Pemanfaatan Sumberdaya Perairan  (PSP) maupun Manajemen Sumberdaya Perairan (MSP). Mata kuliah ini mempunyai bobot 3 sks dengan dua jam untuk perkuliahan dan 3 jam untuk praktikum. Pada praktikum ikhtiologi setiap tahun selalu diadakan studi lapangan atau sering disebut dengan fieldtrip ke berbagai TPI. Fieldtrip kali ini mahasiswa diberikan tugas untuk mencari 5 jenis ikan yang wajib diidentifikasi, 2 diantaranya diawetkan dengan pengarahan yang sudah diberikan oleh asisten praktikum. Berhubungan dengan hal tersebut, khususnya tanggal 11-12 mei 2013, seluruh mahasiswa fakultas perikanan dan ilmu kelautan melakukan studi lapang (fieldtrip) mata kuliah ikhtiologi ke tempat Pelelangan Ikan Karangsong, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Studi lapagan dilaksanakan dengan mengidentifkasi dan mengarsipkan jenis-jenis ikan yang dilelangkan dengan cara di foto dan diawetkan yang kemudian akan disimpan/ diarsipkan di laboratorium FPIK  Institut Pertanian Bogor. Setelah selesai pengidentikasian tesebut, mahasiswa diharuskan untuk membuat laporan hasil studi lapangan yang nantinya akan  dipresentasikan dihadapan dosen dan mahasiswa lainnya.



METODOLOGI

Studi lapangan dilakukan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karangsong, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat pada tanggal 12 Mei 2013. Kegiatan yang dilakukan adalah penginventarisan ikan dengan cara pengambilan gambar ikan dan pengoleksian ikan dengan cara diawetkan, wawancara dengan nelayan, dan dilanjutkan dengan pendeskripsianikan dalam bentuk laporan pasca studi lapang serta penelusuran lanjut melalui pustaka yang ada. Ikan-ikan yang diinventarisasikan dan dideskripsikan adalah ikan-ikan lelangan yang terdapat di TPI yaitu, ikan kakap merah (Lutjantus argentimaculatus), ikan manyung (Netuma thallasina), ikan cucut (Carcharhinus longimanus), ikan remang (Congresox talabon) dan ikan sebelah (Psettodes erumi).  Ikan-ikan tersebut ditangkap nelayan di sekitar laut utara Jawa bahkan hingga perairan Kalimantan. Alat dan bahan yang digunakan umtuk mengawetkan ikan adalah jarum pentul, kuas, formalin, wadah berupa box untuk meletakkan awetan ikan,jarum suntik, sterefoam, dan penggaris.

Gambar 1 Lokasi TPI Karangsong, Indramayu, Jawa Barat
Sumber: Google.com diambil 26 Mei 2013

Inventarisasi Ikan
Inventarisasi spesies ikan yang dilelang dilakukan dengan observasi secara langsung ke TPI melalui wawancara dan identifakasi secara langsung. Spesies yang akan diinventarisasi selanjutnya didokumentasikan dalam bentuk foto. Kamera yang digunakan adalah Panasonic DMC –FS4 dan Canon EOS Kiss X3. Jenis-Jenis ikan  inventarisasi adalah ikan kakap merah (Lutjantus argentimaculatus), ikan cucut (Carcharhinus longimanus), dan ikan remang (Congresox talabon). Proses inventaris ikan tidak hanya sekedar melihat ciri morfologi ikan-ikan inventaris tetapi juga mempelajari kebiasaan dan cara penangkapan ikan dari para nelayan, melalui proses wawancara. Ikan inventaris juga didokumentasikan guna mempermudah mahasiswa melakukan observasi pustaka. Observasi pustaka dilakukan untuk memvalidasi data yang telah didapat dari hasil wawancara dengan para nelayan di TPI Karongsong.

Pengoleksian Ikan
            Pengoleksian ikan merupakan aktivitas penyimpan salah satu jenis ikan tertentu dalam suatu wadah. Pengoleksian ikan ini memiliki tujuan mempertahankan kondisi ikan agar tidak cepat membusuk dan dapat dijadikan sebagai bahan penelitian serta dapat dijadikan bahan ajaran hingga masa yang akan datang. Dua jenis ikan yang diawetkan yaitu ikan manyung (Netuma thallasina) dan ikan sebelah (Psedorhombus arsius) menggunakan formalin 10%. Dengan prosedur pengawetan, sebagai berikut: pertama ikan dari laut atau TPI harus dicuci terlebih dahulu agar ikan yang akan diawetkan tidak berjamur. Kedua, ikan di bentangkan di atas steroform kemudian sirip di bentangkan mrnggunakan jarum pentul. Ketiga, oleskan formalin menggunakan kuas yang telah disediakan. Pengawetan pada organ dalam dil;akukan dengan cara menyuntikan formalin melalui anusnya. Pada ikan yang besar, sisi kanan ikan yang menghap ke kiri harus di sayat vertical agar formalin tersebut masuk ke dalam daging yang tebal. Biarkan ikan yang di olesi formalin kering. Setelah kering dan mengeras ikan tersebut di masukkan ke dalam wadah yang berisi formalin. Tutup rapat wadah tersebut menggunakan lakban.

Pendeskripsian Ikan
Ikan yang dideskripsikan adalah ikan hasil inventarisasi yang dilakukan di TPI ditambah dengan ikan yang dikoleksi. Ikan-ikan yang dideskripsikan lebih lanjut adalah ikan kakap merah (Lutjantus argentimaculatus), manyung (Netuma thallasina), ikan cucut (Carcharhinus longimanus),ikan remang (Congresox talabon) dan ikan sebelah (Psedorhombus arsius). Deskripsi singkat ikan berfokus pada morfologi, biologi, habitat dan pemanfaatan ikan. Data-data yang didapat berasal dari hasil wawancara dengan nelayan di TPI dan studi pustaka.










 


DESKRIPSI IKAN

Lutjanus argentimaculatus, Forsskål1775)
 



Klasifikasi: Animalia (Kingdom) > Chordata (Phylum) > Vertebrata (Subphylum) > Pisces (Superclass) > Actinopterygii (Class) > Perciformes (Order) >Lutjanidae (Family) >Lutjanus (Genus)

Sumber:Anderson & Allen 2001

Sumber: Dokumentasi Pribadi
Nama Lokal: Kakap merah.
Nama FAO: En - Mangrove red snapper; Fr - Vivaneau des mangroves; Sp - Pargo de manglar.
Karakteristik: Ikan kakap merah memiliki bentuk tubuh memanjang dan agak pipih mulut terminal. Memiliki beberapa gigi taring (canine) pada rahangnya. Bagian bawah penutup insang bergerigi. Gurat sisi lengkap tak terputus. Sirip lengkap dengan sirip dorsal tunggal yang panjang, satu pasang sirip pektoral, satu pasang sirip ventral, satu sirip anal dan satu sirip caudal yang  berpinggiran tegak. Sirip lemak (adipose fin) absen. Sirip punggung tunggal dengan 10 jari-jari sirip keras dan 13-14 jari-jari sirip lemah yang bercabang. Kakap merah memiliki sirip ekor dengan tiga sirip keras dan 7-8 jari-jari sirip lemah (Anderson & Allen 2001). Warna tubuh sebagian besar pada bagian atas kemerahan, dan di bagian bawah terdapat gradasi warna merah menjadi lebih muda hingga putih. Namun ada juga yang berwarna kuning kemerahan, merah tua kehitaman dan kuning kecoklatan walaupun tidak umum (Anderson & Allen 2001).
Ukuran: Maksimal 120 cm, umumnya 80 cm.
Habitat: Laut dan perairan payau dengan berasosiasi dengan karang.

Areal distribusi Kakap merah(warna abu-abu gelap)
Sumber: Anderson & Allen 2001
Distribusi: Indo-Pasifik Barat: Afrika Timur sampai Samoa dan Kepulauan Line, utara ke Kepulauan Ryukyu, selatan ke Australia. 
Biologi dan Ekosistem: Ikan kakap merah hidup berkelompok menempati karang, tandes atau rumpon. Memakan ikan-ikan kecil dan juga crustaceae.  Biasanya ditangkap oleh nelayan menggunakan trawl, nets (redfishes gillnetting, snapper gillnetting), 
handlines, dan bottom longlines.
Selain ditangkap, ikan kakap merah dapat juga dibudidayakan di tambak. Juvenile dan ikan muda dari kakap merah ditemukan di muara hutan mangrove dan hilir perairan tawar (kawasan estuari). Selanjutnya, mereka bermigrasi ke daerah lepas pantai karang  yang lebih dalam dengan kedalaman sekitar >100m.
Pemanfaatan: Mayoritas dijual dalam keadaan segar seperti di Tempat Pelelangan Ikan Karangsong, Indramayu,  Jawa Barat. Ikan ini berharga tinggi. Menurut nelayan d TPI Karangsong, ikan dengan ukuran 10-30 cm bisa berharga >Rp. 150.000. Melalui lelang ikan ini, nelayan bisa mendapat jutaan rupiah. Kepala ikan ini juga terkenal di warung makan Padang sebagai salah satu menu andalannya. Menurut FAO (2011) penangkapan ikan ini sudah mencapai 1.083 ton pada tahun 2009 di kawasan samudera Hindia dan kawasan Western Central Pacific.

Referensi:
FAO. 2011. FAO Year Book: Fishery and Aquaculture Statistics 2009. Copyright: Food And Agricultural Organization of United Nations
Anderson W D dan  Allen G R. 2001. Lutjanidae: Snappers (jobfishes). Dalam: FAO Species Indentification Guide For Fishery Purposes: The Living Marine Resources of The Western Central Pacific vol: 4.Rome: Food And Agricultural Organization of United Nations.


Netuma thalassina (Rüppell, 1837)
 



Klasifikasi: Biota> Animalia (Kingdom) > Chordata (Phylum) > Vertebrata (Subphylum) > Gnathostomata (Subclass) > Pisces (Superclass) > Actinopterygii (Class) >Siluriformes (Order) > Aaridae (Family) > Netuma (Genus)

Sumber: Kailola 2001

Sumber: Dokumentasi Pribadi



 





Nama lokal: Manyung.
Nama FAO: En - Giant sea catfish; Fr - Mâchoiron titan; Sp - Bagre titan.
Karakteristik: Bentuk badan campuran. Posisi mulut inferior. Dilengkapi dengan 2 pasang sungut yang tidak terlalu panjang. Garis rusuk lengkap tak terputus dan tidak bersisik. Sirip lengkap dengan satu sirip dorsal satu pasang sirip ventral satu pasang sirip pektoral, dua sirip anal yang terpisah dan satu adipose fin yang pendek. Sirip anal dengan A 14-17. Tulang belakang berjumlah 46-48 (Kailola 2011). Warna tubuh coklat keabu-abuan dan terdapat warna hitam di bagian dorsal. Sirip adipose sebagian berwarna hitam.
Ukuran: Ukuran maksimum: 185 cm, ukuran standar: 70 cm.
Habitat: perairan payau berpasir ataupun berlumpur.
Distribusi: Afrika timur, India, Thailand, Vietnam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Laut Cina Selatan, juga di sekitar Papua hingga Papua Nugini juga Australia.

Areal distribusi manyung(warna abu-abu gelap)
Sumber: Kailola 2001












Biologi dan Ekosistem: Memakan crustaceae, cumi-cumi, ikan-ikan kecil, echinodermata, hingga detritus. Sering ditemukan diperairan estuari. Merupakan ikan Euryhaline. Hidup di kedalaman 100-190 meter.
Pemanfaatan:Merupakan ikan yang banyak dikonsumsi dibeberapa negara. Kebanyakan dijual segar dan jarang sekali
di asinkan. Menurut FAO (2011), penangkapan spesies-spesies family Aaridae di kawasan samudera Hindia dan kawasan Western Central Pascific sekitar 100.062 ton pada 2009.

Referensi:                                                                                                         
FAO. 2011. FAO Year Book: Fishery and Aquaculture Statistics 2009. Copyright: Food And Agricultural Organization of United Nations

Mene maculata (Bloch and Schneider, 1801)
Kaliloa P J 2001.Order Siluriformes: Aaridae (=Tachysuridae) Sea catfisehes (Fork-tailed catfishes). Dalam: FAO Species Indentification Guide For Fishery Purposes: The Living Marine Resources of The Western Central Pacific Volume 3 Batoid fishes, chimaeras and Bony fishes part 1 (Elopidae to Linophrynidae).Rome: Food And Agricultural Organization of United Nations






Carcharhius longimanus, (Forsskål1775)
 




Klasifikasi: Animalia (Kingdom) > Chordata (Phylum) > Vertebrata (Subphylum) > Pisces (superclass) >Elasmobranchii (class) > Chondricthyes (subclass) > Hexanchiformes (Order) >Carcharhinidae (Family) >Carcharhinus (Genus)

Sumber:Anderson & Allen 2001

Sumber: Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi sendiri

Nama Lokal: Ikan Cucut
Nama FAO: En - Mangrove red snapper; Fr - Vivaneau des mangroves; Sp - Pargo de manglar.
Karakteristik: Ikan cucut termasuk dalam sub group Elasmobaranchii, yaitu ikan yang bertulang rawan yang mencakup 250 spesies yang terdapat baik di samudera maupun di perairan tawar (Last & stevans 1994 dalam Raharjo 2007). Ikan cucut biasanya memiliki bentuk tubuh yang lonjong dan memanjang seperti cerutu, ekor biasanya berujung runcing, dengan cuping atas dari ekornya sering kali jauh lebih panjang dari cuping bawahnya. Celah insang ikan cucut terletak pada sisi kepala, biasanya berjumlah lima buah, tetapi pada famili Hexanchidae memiliki enam sampai tujuh celah insang (canfagno 1984). Untuk melakukan pernafasan, air ditarik masuk melalui mulut dan di pompa ke luar melalui celah insang. Cucut memiliki tubuh silinder, panjang, dan sedikit pipih pada bagian kepala, dimana celah insang terdapat pada sisi kepala dan terletak dibelakang mata, serta sirip dada yang tidak menyatu dengan badan dan kepala. Mata cucut terletak pada bagian sebelah atas dari kepalanya atau dibagian samping dari kepala. Cucut bergerak dengan mengandalkan gerakan ekor serta sirip ekor tidak dalam mendorong ikan ke depan, sedangkan sirip dadanya hampir sama sekali tidak digunakan dalam berenang namun digunakan sebagai penyeimbang dan pengatur arah dari gerakan cucut. Kebanyakan cucut memiliki 2 sirip punggung dan jarang sekali jenis cucut yang hanya memiliki 1 sirip punggung. Gigi cucut tersusun dalam beberapa baris dan secara konstan akan selalu tumbuh (berganti) jika gigi itu tanggal ataupun tidak (Carpenter dan Niem 1998)
Ukuran: Maksimal 120 cm, umumnya 80 cm.
Habitat: Laut, umumnya ditemukan di jeram-jeram dalam yang berkarang atau perairan dengan substrat berpasir dan berlumpur, diperairan dalam yang berkoral dengan dasar yang relatif tidak terlalu terjal, di air payau,  dan ada yan bisa hidup di air tawar.
Distribusi: Ikan cucut dapat ditemukan di lautan tropis maupun subtropis bahkan perairan dingin, dan dapat ditemukan pada kolom air permukaan sampai dengan perairan dengan kedalaman 3000 meter.
Area distribusi ikan sebalah (warna merah)
Sumber: Fishbase.org

Biologi dan Ekosistem: Ikan cucut secara keseluruhan memiliki pola reproduksi yang berbeda dan dikelompokkan menjadi 3 pola reproduksi, yaitu ovipar (bertelur), aplacental viviparity with oophaghy (melahirkan tanpa adanya plasenta), dan placental viviparity (melahirkan dan terdapat plasenta). Semua cucut yang bereproduksi tidak dengan cara bertelur memiliki waktu kehamilan yang cukup lama yaitu 8-24 bulan. Beberapa spesies memiliki masa resting periode yaitu periode saat cucut tersebut beristirahat dan tidak melakukan reproduksi dengan lama resting period berkisar anatara 3-18 bulan. Jumlah anak yang dihasilkanpun sedikit, hanya 2-18 anak dalam satu kali melahirkan. Ikan jenis ini biasanya meripakan ikan demersal.
Pemanfaatan: Mayoritas dijual dalam keadaan segar seperti di Tempat Pelelangan Ikan Karangsong, Indramayu, Jawa Barat. Ikan ini berharga tinggi. Menurut nelayan d TPI Karangsong, ikan dengan ukuran 10-30 cm bisa berharga >Rp. 150.000. Melalui lelang ikan ini, nelayan bisa mendapat jutaan rupiah. Kepala ikan ini juga terkenal di warung makan Padang sebagai salah satu menu andalannya. Menurut FAO (2011) penangkapan ikan ini sudah mencapai 1.083 ton pada tahun 2009 di kawasan samudera Hindia dan kawasan Western Central Pacific.

Referensi:
FAO. 2011. FAO Year Book: Fishery and Aquaculture Statistics 2009. Copyright: Food And Agricultural Organization of United Nations
Anderson W D dan  Allen G R. 2001. Lutjanidae: Snappers (jobfishes). Dalam: FAO Species Indentification Guide For Fishery Purposes: The Living Marine Resources of The Western Central Pacific vol: 4.Rome: Food And Agricultural Organization of United Nations



Psedorhombus arsius
 



Klasifikasi: Biota> Animalia (Kingdom) > Chordata (Phylum) > Vertebrata (Subphylum) >Pisces (Superclass)>Actinopterygii (Class) >Gnathostomata (Subclass)>Pleuronectiformes (Order) >Psettodidae (Family) >Psedorhombus (Genus) > Psedorhombus arsius (Spesies)

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Sumber: Kailola 2001
                
Nama lokal: Ikan sebelah             
Nama Latin : Psedorhombus arsius
Karakteristik: Secara morfologi ikan ini mempunyai bentuk badan pipih, kedua mata berada pada salah satu sisi, sedang sisi yang lain tidak ada mata (karena itulah disebut ikan sebelah) dan sedikit pigmen. Ikan berbadan pipih ini mempunyai kemampuan untuk menyamarkan tubuhnya dengan lingkungan sekitar sebagai penyamaran sehingga mangsanya mudah dikelabui dan ditangkap. (Betty Rachmawati 2008).
Habitat: hidup di daerah yang berpasir atau berlumpur. Biasanya ikan ini hidup di kedalaman 100 meter pada kolom perairan demersal.
Ukuran: Ukuran maksimum: 64 cm, ukuran standar: 50 cm.
Distribusi: Penyebaran ikan cukup luas yang meliputi wilayah perairan Indo-Pasifik Barat :  yang meliputi wilayah Laut Merah dan Afrika Timur hingga Jepang dan Australia. Ikan ini juga menyebar dibagian timur Samudera Hindia dan sebelah barat Samudera Pasifik.

Area distribusi ikan sebalah (warna abu tua)
Sumber: kailola 2001

Biologi dan Ekosistem: Ikan sebelah ( Psedorhombus arsius) mempunyai panjang maksimum sekitar 64cm, umumnya panjang ikan ini sekitar 50cm. Beratnya rata-rata 9gram, pada saat panjang tubuhnya mencapai 37-39cm ikan ini memasuki tahap dewasa. Ikan sebelah ini biasanya memakan hewan-hewan yang hidup di dasar perairan ( demersal )
Pemanfaatan:Alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan sebelah ini biasanya menggunakan pukat yang khusus untuk menangkap ikan-ikan demersal. Total penangkapan pada spesies ini berdasarkan data dari FAO 1998 adalah 19.170 ton. Negara dengan total penangkapan terbesar adalah Indonesia 1.420 ton, Thailand 7.900 ton. Dijual dalam bentuk ikan segar dan diolah dengan cara diasap dan dibekukan, bisa juga diolah menjadi tepung ikan.
Referensi:                                                                                                         
FAO. 2011. FAO Year Book: Fishery and Aquaculture Statistics 2009. Copyright: Food And Agricultural Organization of United Nations
Kaliloa P J 2001.Order Siluriformes: Aaridae (Tachysuridae) Sea catfisehes (Fork-tailed catfishes). Dalam: FAO Species Indentification Guide For Fishery Purposes: The Living Marine Resources of The Western Central Pacific Volume 3 Batoid fishes, chimaeras and Bony fishes part 1 (Elopidae to Linophrynidae).Rome: Food And Agricultural Organization of United Nations

Congresox talabon(Cuvier, 1829)


Klasifikasi : Animalia(Kingdom) > Chordata(Filum) > Vertebrata(Subfilum) > Actinopterygii(Kelas) > Neopterygii(Subkelas) > Anguiliformes(Ordo) > Muraenesocidae(Familia) > Congresox(Genus) > Congresox talabon(Spesies)





Nama lokal    : Ikan Remang
Nama FAO    : En – Yellow Pike Conger
Karakteristik             : Congresox talabon  memiliki bentuk tubuh anguila atau seperti ular. Ikan ini memiliki mulut yang besar dengan rahang atas yang berakhir tepat di belakang mata dan linea lateralis yang jelas terlihat. Ikan ini memiliki barisan gigi pada rahang bawah yang menonjol keluar. Ikan ini tidak memiliki sirip ventral, namun memiliki sirip dorsal dan sirip anal yang menyambung dengan sirip kaudal, sementara sirip pektoralnya memiliki panjang sekitar tiga kali panjang kepalanya.
Ukuran          : Umumnya ikan ini ditemukan dengan panjang 150 cm. Panjang maksimal ikan ini mencapai 2 meter.
Habitat           : Congresox talabon termasuk ikan yang hidup di daerah estuari. Ikan ini banyak ditemui pada kedalaman 100 m, biasanya ikan ini akan bersarang di antara bebatuan di dasar (FAO 2013).
Distribusi        : Ikan ini banyak ditemukan dari pesisir India timur hingga Celebes, samudera Hindia, Laut Cina Selatan, Bangladesh, dan di Indonesia dapat ditemukan di daerah perairan karang, di perairan lepas pantai, dan seluruh perairan Indonesia.

Biologi dan Ekosistem           : Congresox talabon  muncul ke permukaan karang saat hampir gelap atau malam hari untuk mencari makan. Ikan ini merupakan predator krustasea kecil yang keluar dari persembunyiannya saat malam hari. Seperti kebanyakan Congridae lainnya, ikan ini aktif saat malam hari sehingga disebut nokturnal. (Moyle&Cech, 2004). Ikan remang merupakan ikan yang memproduksi banyak telur (ovipar). Ikan ini tidak melakukan proteksi terhadap telur-telur dan larvanya sehingga memiliki banyak energi cadangan untuk menghasilkan telur. (Hemdal 2003)

Gambar Peta Persebaran
Pemanfaatan : Umumnya, ikan ini dimanfaatkan dalam bidang pakan, yaitu daging dan kulitnya. Kerupuk kulit dan nugget ikan merupakan salah satu pemanfaatan dari ikan remang. Kulit ikan remang dapat diolah sebagai kerupuk dengan harga tinggi dan cita rasa yang lezat. Gelembung udara ikan remang juga dapat diolah menjadi bahan obat-obatan. Selain itu ikan remang juga dapat berguna sebagai umpan atau pakan dari kepiting bakau. (Tiku, 2004)

Daftar Pustaka            :

FAO. 2013. FAO Species Identification Sheets. [terhubung berkala]
Fishbase. 2013. Congresox talabon (Cuvier, 1829). [terhubung berkala]
Hemdal. 2013. Aquarium Fish Breeding. New York: Barron’s EducationalSeries, Inc.
Moyle & Cech. 2004. Fishes: an Introduction to IchthyologyFifthEdition.Upper Saddle River: Prentice Hall Inc

Tiku M. 2004. Pengaruh Jenis Umpan dan Waktu Pengoperasian Bubu Lipat terhadap Hasil Tangkapan Kepiting Bakau (Scylla serrata) di Kecamatan Kubu, Kabupaten Pontianak. Tesis. Bogor: Institut Pertanian Bogor, Program pascasarjana.






































PENUTUP

Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karangsong, kabupaten Indramayu, Jawa Barat merupakan salah satu tempat pelelangan ikan yang varietas ikannya pada umumnya adalah ikan-ikan besar. Ikan-ikan yang dilelang umumnya berasal dari perairan laut utara Jawa, perairan sumatera bahkan perairan kalimantan. Kondisi ikan yang dilelang sebagian besar ikan-ikan yang sudah disimpan selama sebulan sampai dua bulanan atau tergantung lamanya nelayan dalam berlayar. Ikan-ikan yang dijual sebagian besar merupakan ikan konsumsi ekonomis yang ukurannya besar dan harganya terbilang cukup mahal seperti tenggiri, kakap merah, remang, cakalang, cucut, kapasan, tongkol, pari, dll. Proses pelelangan biasanya dengan dua cara, yaitu nelayan langsung menjualnya ke tengkulak dan ada pula yang langsung kepada calon pembeli sehingga nelayan mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi. Jenis-jenis ikan yang berada di TPI karangsong ini merupakan ikan-ikan besar dan biasanya menghuni perairan dalam/demersal. Nelayan biasanya pergi melaut selama 40 hari sampai 3 bulan lamanya dengan rute perjalan perairan Jawa, Sumatera, bahkan perairan Kalimantan dan selain menjual di TPI karangsong, kadang-kadang para nelayan juga menjual ikan-ikannya di TPI yang berada di Jawa.
















                                                   









Lampiran 1
TEMPAT PELELANGAN IKAN BLANAKAN


Gambar 1. Lokasi TPI Karangsong, Indramayu, Jawa Barat
Koordinat 6°18'27"S   108°21'25"E
Sumber : Google Maps 2013






Lampiran 2
DAFTAR IKAN





Lampiran 3
METODE PENGKOLEKSIAN IKAN

Alat dan bahan:
1.      Larutan Formalin 10%
2.      Sampel ikan yang akan dikoleksi
3.      Stereofoam 1 lembar
4.      Jarum pentul 1 set
5.      Kuas
6.      Alat bedah
7.      Suntikan
8.      Tisu
9.      Selotip coklat
Langkah kerja
a.       Ikan dicuci terlebih dahulu agar ikan yang akan diawetkan tidak berjamu.
b.      Ikan dibentangkan di atas steroform, lalu bagian siripnya ditegakkan dengan menggunakan jarum pentul.
c.       Oleskan formalin 10% ke seluruh bagian tubuh ikan sampai merata dan untuk bagian organ dalamnya diawetkan dengan cara menyuntikan formalin dengan menggunakan alat suntik, tunggu hingga kering.
d.      Setelah kering dan mengeras masukan ikan kedalam wadah yang sudah diberi formalin

Lampiran 4
DOKUMENTASI ANGGOTA KELOMPOK






Tidak ada komentar:

Posting Komentar